Rabu, 28 Desember 2011

MAKALAH FILSAFAT ILMU


FILSAFAT ILMU


DISUSUN OLEH :
NAMA : FARIDA ARIANI
NIM : 1005065062

PRODI : PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA 
2011


 

kATA PENGANTAR                                                                               i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 1
BAB I.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN............................................................................................................... 2
     A.          LATAR BELAKANG................................................................................... 2
B.           RUMUSAN MASALAH......................................................................................... 3
C.           TUJUAN PENULISAN............................................................................................ 3
D.           MANFAAT PENULISAN................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN............................................................................................................... 4
A.      SEJARAH ILMU EKONOMI....................................................................... 4
B.      OBJEK FORMAL DAN OBEJEK MATERIAL........................................ 16
1. FILSAFAT......................................................................................................... 16
2. ILMU EKONOMI................................................................................................ 18
C.      KEDUDUKAN ILMU EKONOMI DALAM FILSAFAT ILMU............................... 18
D.      INTERAKSI ILMU EKONOMI DENGAN ILMU-ILMU LAIN........................... 24
E.      METODE ILMU EKONOMI................................................................. 29
F.       KEKUATAN DAN KELEMAHAN ILMU EKONOMI..................................... 33
1. Kekuatan Ilmu Ekonomi................................................................................... 33
2. Kelemaham Ilmu Ekonomi..................................................................... 34
G.      CARA MEMPERBAIKI KELEMAHAN ILMU EKONOMI................................. 36
H.      TANGGUNG JAWAB KEILMUAN........................................................ 36
BAB III.......................................................................................... 38
PENUTUP........................................................................................................................ 38
A.      Kesimpulan.......................................................................... 38
B.      Saran....................................................................................................... 38
Daftar Pustaka............................................................................................. 39





BAB I

PENDAHULUAN

Dalam perkembangannya, filsafat terus menemukan hal-hal baru yang mengikuti dari masa ke masa. Sifat filsafat dapat ditunjukan dengan tiga pendekatan yaitu pendekatan ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
Filsafat bukan monopoli segelintir orang. Bukan pula monopoli bangsa-bangsa tertentu. Bukan juga monopoli zaman tertentu. Semua manusia, segala suku bangsa yang hidup dizaman apa saja dapat berfilsafat. Karena filsafat bertolak dari kejadian yang di alami setiap saat. Ketika orang bertanya. Mulailah ia berfilsafat.
Filsafat muncul bersamaan dengan kemunculan manusia dalam sejarah. Hewan tidak dapat berfilsafat, sebab hewan tidak dapat bertanya. Manusia dapat bertanya sebab ia memiliki akal budi yang mampu mengambil jarak dengan benda-benda dan segala sesuatu disekitarnya. Itulah sebabnya manusia dijuluki hewan yang berakal budi (animal rationale)
Kegiatan berfilsafat pada manusia berawal dari rasa heran, kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan.Filsafat timbul dari pengalaman sehari-hari. Jadi, setiap pengalaman manusia mengandung kemungkinan untuk berfilsafat.
Mencermati dari perkembangan ilmu filsafat, berarti juga mempelajari para filosof  dengan berbagai pandangannya. Hal ini sama dengan “Ilmu Ekonomi ataupun Ekonomi” kita akan mencermati pandangan para ahli ekonomi mengenai Ilmu ekonomi atau Ekonomi melalui berbagai teori dan pandanganya.

1.      Sejarah Ilmu Ekonomi
2.      Objek Formal dan Objek Materiil Ilmu Ekonomi
3.      Kedudukan Ilmu Ekonomi dalam Filsafat
4.      Interaksi Ilmu Ekonomi dengan Ilmu-Ilmu lainnya
5.      Metode-Metode Ilmu Ekonomi
6.      Kedudukan dan Kelemahan Ilmu Ekonomi
7.      Upaya Memperbaiki Kelemahan Ilmu Ekonomi
8.      Peranan Mahasiswa untuk Pengembangan Ilmu Ekonomi

1.      Untuk dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang perjalanan sejarah ilmu ekonomi dari awal terbentuknya hingga sekarang.
2.      Untuk dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang objek formal dan objek material dari filsafat dan ilmu ekonomi.
3.      Untuk dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang posisi atau kedudukan ilmu ekonomi dalam filsafat.
4.      Untuk dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang bagaimana interaksi ilmu ekonomi dengan ilmu-ilmu lainnya.
5.      Untuk dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang metode-metode yang dimiliki ilmu ekonomi.
6.      Untuk dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang kekuatan dan kelemahan ilmu ekonomi.
7.      Untuk dapat memperkecil kelemahan-kelemahan yang dimiliki ilmu ekonomi.
8.      Untuk dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang peran kita sebagai mahasiswa pendidikan ekonomi terhadap pengembangan ilmu ekonomi sebagai bentuk tanggung jawab keilmuaan.

Penulisan tugas akhir ini bermanfaat untuk membantu berpikir lebih rasional, realistis dan selektif mengenai berfilsafat dalam konteks ilmu ekonomi.

BAB II

PEMBAHASAN

KEDUDUKAN ILMU EKONOMI DALAM FILSAFAT
Suatu pemikiran kapitalisme yang terlebih dahulu yang harus dilacak melalui sejarah perkembangan pemikiran ilmu ekonomi dari era Yunani kuno sampai era sekarang. Aristoteles adalah yang pertama kali memikirkan tentang transaksi ekonomi dan membedakan di antaranya antara yang bersifat "natural" atau "unnatural". Transaksi natural terkait dengan pemuasan kebutuhan dan pengumpulan kekayaan yang terbatasi jumlahnya oleh tujuan yang dikehendakinya. Transaksi un-natural bertujuan pada pengumpulan kekayaan yang secara potensial tak terbatas. Dia menjelaskan bahwa kekayaan unnatural tak berbatas karena dia menjadi akhir dari dirinya sendiri ketimbang sebagai sarana menuju akhir yang lain yaitu pemenuhan kebutuhan. Contoh dati transaksi ini disebutkan adalah perdagangan moneter dan retail yang dia ejek sebagai "unnatural" dan bahkan tidak bermoral. Pandangannya ini kelak akan banyak dipuji oleh para penulis Kristen di Abad Pertengahan.
Aristotles juga membela kepemilikan pribadi yang menurutnya akan dapat memberi peluang seseorang untuk melakukan kebajikan dan memberikan derma dan cinta sesama yang merupakan bagian dari “jalan emas” dan “kehidupan yang baik ala Aristotles.
Chanakya (c. 350-275 BC) adalah tokoh berikutnya. Dia sering mendapat julukan sebagai Indian Machiavelli. Dia adalah professor ilmu politik pada Takshashila University dari India kuno dan kemudian menjadi Prime Minister dari kerajaan Mauryan yang dipimpin oleh Chandragupta Maurya. Dia menulis karya yang berjudul Arthashastra (Ilmu mendapatkan materi) yang dapat dianggap sebagai pendahulu dari Machiavelli's The Prince. Banyak masalah yang dibahas dalam karya itu masih relevan sampai sekarang, termasuk diskusi tentang bagaiamana konsep manajemen yang efisien dan solid, dan juga masalah etika di bidang ekonomi. Chanakya juga berfokus pada isu kesejahteraan seperti redistribusi kekayaan pada kaum papa dan etika kolektif yang dapat mengikat kebersamaan masyarakat.
Tokoh pemikir Islam juga memberikan sumbangsih pada pemahaman di bidang ekonomi. ibn Khaldun dari Tunis (1332–1406) menulis masalah teori ekonomi dan politik dalam karyanya Prolegomena, menunjukkan bagaimana kepadatan populasi adalah terkait dengan pembagian tenaga kerja yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang sebaliknya mengakibatkan pada penambahan populasi dalam sebuah lingkaran. Dia juga memperkenalkan konsep yang biasa disebut dengan Khaldun-Laffer Curve (keterkaitan antara tingkat pajak dan pendapatan pajak dalam kurva berbentuk huruf U).
Perintis pemikiran barat di bidang ekonomi terkait dengan debat scholastic theological selama Middle Ages. Masalah yang penting adalah tentang penentuan harga barang. Penganut Katolik dan Protestan terlibat dalam perdebatan tentang apa itu yang disebut “harga yang adil” di dalam ekonomi pasar. Kaum skolastik Spanyol di abad 16 mengatakan bahwa harga yang adil tak lain adalah harga pasar umum dan mereka umumnya mendukung filsafat laissez faire.
Selanjutnya pada era Reformation pada 16th century, ide tentang perdagangan bebas muncul yang kemudian diadopsi secara hukum oleh Hugo de Groot atau Grotius. Kebijakan ekonomi di Europe selama akhir Middle Ages dan awal Renaissance adalah memberlakukan aktivitas ekonomi sebagai barang yang ditarik pajak untuk para bangsawan dan gereja.
Pertukaran ekonomi diatur dengan hukum feudal seperti hak untuk mengumpulkan pajak jalan begitu juga pengaturan asosiasi pekerja (guild) dan pengaturan religious dalam masalah penyewaan. Kebijakan ekonomi seperti itu didesain untuk mendorong perdagangan pada wilayah tertentu. Karena pentingnya kedudukan sosial, aturan-aturan terkait kemewahan dijalankan, pengaturan pakaian dan perumahan meliputi gaya yang diperbolehkan, material yang digunakan dan frekuensi pembelian bagi masing-masing kelas yang berbeda.
Niccolò Machiavelli dalam karyanya The Prince adalah penulis pertama yang menyusun teori kebijakan ekonomi dalam bentuk nasihat. Dia melakukannya dengan menyatakan bahwa para bangsawan dan republik harus membatasi pengeluarannya, dan mencegah penjarahan oleh kaum yang punya maupun oleh kaum kebanyakan.
Dengan cara itu maka negara akan dilihat sebagai “murah hati” karena tidak menjadi beban berat bagi warganya. Selama masa Early Modern period, mercantilists hampir dapat merumuskan suatu teori ekonomi tersendiri. Perbedaan ini tercermin dari munculnya negara bangsa di kawasan Eropa Barat yang menekankan pada balance of payments.
Tahap ini kerap kali disebut sebagai tahap paling awal dari perkembangan modern capitalism yang berlangsung pada periode antara abad 16th dan 18th, kerap disebut sebagai merchant capitalism dan mercantilism. Babakan ini terkait dengan geographic discoveries oleh merchant overseas traders, terutama dari England dan Low Countries; European colonization of the Americas; dan pertumbuhan yang cepat dari perdagangan luar negeri. Hal ini memunculkan kelas bourgeoisie dan menenggelamkan feudal system yang sebelumnya.
Merkantilisme adalah sebuah sistem perdagangan untuk profit, meskipun produksi masih dikerjakan dengan non-capitalist production methods. Karl Polanyi berpendapat bahwa capitalism belum muncul sampai berdirinya free trade di Britain pada 1830s.
Di bawah merkantilisme, European merchants, diperkuat oleh sistem kontrol dari negara, subsidies, and monopolies, menghasilkan kebanyakan profits dari jual-beli bermacam barang. Dibawah mercantilism, guilds adalah pengatur utama dari ekonomi. Dalam kalimat Francis Bacon, tujuan dari mercantilism adalah :" Di antara berbagai mercantilist theory salah satunya adalah bullionism, doktrin yang menekankan pada pentingnya akumulasi precious metals.
Mercantilists berpendapat bahwa negara seharusnya mengekspor barang lebih banyak dibandingkan jumlah yang diimport sehingga luar negeri akan membayar selisihnya dalam bentuk precious metals. Mercantilists juga berpendapat bahwa bahan mentah yang tidak dapat ditambang dari dalam negeri maka harus diimport, dan mempromosikan subsidi, seperti penjaminan monopoli protective tariffs, untuk meningkatkan produksi dalam negeri dari manufactured goods.
Para perintis mercantilism menekankan pentingnya kekuatan negara dan penaklukan luar negeri sebagai kebijakan utama dari economic policy. Jika sebuah negara tidak mempunyai supply dari bahan mentahnnya maka mereka harus mendapatkan koloni darimana mereka dapat mengambil bahan mentah yang dibutuhkan. Koloni berperan bukan hanya sebagai penyedia bahan mentah tapi juga sebagai pasar bagi barang jadi. Agar tidak terjadi suatu kompetisi maka koloni harus dicegah untuk melaksanakan produksi dan berdagang dengan pihak asing lainnya.
Selama the Enlightenment, physiocrats Perancis adalah yang pertama kali memahami ekonomi berdiri sendiri. Salah satu tokoh yang terpenting adalah Francois Quesnay. Diagram ciptaannya yang terkenal, tableau economique, oleh kawan-kawannya dianggap sebagai salah satu temuan ekonomi terbesar setelah tulisan dan uang. Diagram zig-zag ini dipuji sebagai rintisan awal bagi pengembangan banyak tabel dalam ekonomi modern, ekonometrik, multiplier Keynes, analisis input-output, diagram aliran sirkular dan model keseimbangan umum Walras.
Tokoh lain dalam periode ini adalah Richard Cantillon, Jaques Turgot, dan Etienne Bonnot de Condillac. Richard Cantillon (1680-1734) oleh beberapa sejarawan ekonomi dianggap sebagai bapak ekonomi yang sebenarnya. Bukunya Essay on the Naturof Commerce ini General (1755, terbit setelah dia wafat) menekankan pada mekanisme otomatis dalam pasar yakni penawaran dan permintaan, peran vital dari kewirausahaan, dan analisis inflasi moneter “pra-Austrian” yang canggih yakni tentang bagaimana inflasi bukan hanya menaikkan harga tetapi juga mengubah pola pengeluaran.
Jaques Turgot (1727-81) adalah pendukung laissez faire, pernah menjadi menteri keuangan dalam pemerintahan Louis XVI dan membubarkan serikat kerja (guild), menghapus semua larangan perdagangan gandum dan mempertahankan anggaran berimbang. Dia terkenal dekat dengan raja meskipun akhirnya dipecat pada 1776. Karyanya Reflection on the Formation and Distribution of Wealth menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang perekonomian. Sebagai seorang physiocrats, Turgot membela pertanian sebagai sektor paling produktif dalam ekonomi. Karyanya yang terang ini memberikan pemahaman yang baik tentang preferensi waktu, kapital dan suku bunga, dan peran enterpreneur-kapitalis dalam ekonomi kompetetitif.
Etienne Bonnot de Condillac (1714-80) adalah orang yang membela Turgot di saat-saat sulit tahun 1775 ketika dia menghadapi kerusuhan pangan saat menjabat sebagai menteri keuangan. Codillac juga merupakan seorang pendukung perdagangan bebas. Karyanya Commerce and Government (terbit sebulan sebelum The Wealth of Nation, 1776) mencakup gagasan ekonomi yang sangat maju. Dia mengakui manufaktur sebagai sektor produktif, perdagangan sebagai representasi nilai yang tak seimbang dimana kedua belah pihak bisa mendapat keuntungan, dan mengakui bahwa harga ditentukan oelh nilai guna, bukan nilai kerja.
Tokoh lainnya, Anders Chydenius (1729–1803) menulis buku The National Gain pada 1765 yang menerangkan ide tentang kemerdekaan dalam perdagangan dan industri dan menyelidiki hubungan antara ekonomi dan masyarakat dan meletakkan dasar liberalism, sebelas tahun sebelum Adam Smith menulis hal yang sama namun lebih komprehensif dalamThe Wealth of Nations. Menurut Chydenius, democracy, kesetaraan dan penghormatan pada hak asasi manusia adalah jalan satu-satunya untuk kemajuan dan kebahagiaan bagi seluruh anggota masyarakat.
Mercantilism mulai menurun di Great Britain pada pertengahan 18th, ketika sekelompok economic theorists, dipimpin oleh Adam Smith, menantang dasar-dasar mercantilist doctrines yang berkeyakinan bahwa jumlah keseluruhan dari kekayaan dunia ini adalah tetap sehingga suatu negara hanya dapat meningkatkan kekayaannya dari pengeluaran negara lainnya. Meskipun begitu, di negara-negara yang baru berkembang seperti Prussia dan Russia, dengan pertumbuhan manufacturing yang masih baru, mercantilism masih berlanjut sebagai paham utama meskipun negara-negara lain sudah beralih ke paham yang lebih baru.
Pemikiran ekonomi modern biasanya dinyatakan dimulai dari terbitnya Adam Smith's The Wealth of Nations, pada 1776, walaupun pemikir lainnya yang lebih dulu juga memberikan kontribusi yang tidak sedikit. Ide utama yang diajukan oleh Smith adalah kompetisi antara berbagai penyedia barang dan pembeli akan menghasilkan kemungkinan terbaik dalam distribusi barang dan jasa karena hal itu akan mendorong setiap orang untuk melakukan spesialisasi dan peningkatan modalnya sehingga akan menghasilkan nilai lebih dengan tenaga kerja yang tetap. Smith's thesis berkeyakinan bahwa sebuah sistem besar akan mengatur dirinya sendiri dengan menjalankan aktivits-aktivitas masing-masing bagiannya sendiri-sendiri tanpa harus mendapatkan arahan tertentu. Hal ini yang biasa disebut sebagai "invisible hand" dan masih menjadi pusat gagasan dari ekonomi pasar dan capitalism itu sendiri.
Smith adalah salah satu tokoh dalam era Classical Economics dengan kontributor utama John Stuart Mill and David Ricardo. John Stuart Mill, pada awal hingga pertengahan abad 19th, berfokus pada "wealth" yang didefinisikannya secara khusus dalam kaitannya dengan nilai tukar obyek atau yang sekarang disebut dengan price.
Pertengahan abad 18th menunjukkan peningkatan pada industrial capitalism, memberi kemungkinan bagi akumulasi modal yang luas di bawah fase perdagangan dan investasi pada mesin-mesin produksi. Industrial capitalism, yang dicatat oleh Marx mulai dari pertigaan akhir abad 18th, menandai perkembangan dari the factory system of manufacturing, dengan ciri utama complex division of labor dan routinization of work tasks; dan akhirnya memantapkan dominasi global dari capitalist mode of production.
Hasil dari proses tersebut adalah Industrial Revolution, dimana industrialist menggantikan posisi penting dari merchant dalam capitalist system dan mengakibatkan penurunan traditional handicraft skills dari artisans, guilds, dan journeymen. Juga selam masa ini, capitalism menandai perubahan hubungan antara British landowning gentry dan peasants, meningkatkan produksi dari cash crops untuk pasar lebih daripada yang digunakan untuk feudal manor. Surplus ini dihasilkan dengan peningkatan commercial agriculture sehingga mendorong peningkatan mechanization of agriculture.
Peningakatan industrial capitalism juga terkait dengan penurunan mercantilism. Pertengahan hingga akhir abad sembilan belas Britain dianggap sebagai contoh klasik dari laissez-faire capitalism. Laissez-faire mendapatkan momentum oleh mercantilism di Britain pada 1840s dengan persetujuan Corn Laws dan Navigation Acts. Sejalan dengan ajaran classical political economists, dipimpin oleh Adam Smith dan David Ricardo, Britain memunculkan liberalism, mendorong kompetisi dan perkembangan market economy.
Pada abad 19th, Karl Marx menggabungkan berbagai aliran pemikiran meliputi distribusi sosial dari sumber daya, mencakup karya Adam Smith, juga pemikiran socialism dan egalitarianism, dengan menggunakan pendekatan sistematis pada logika yang diambil dari Georg Wilhelm Friedrich Hegel untuk menghasilkan Das Kapital. Ajarannya banyak dianut oleh mereka yang mengkritik ekonomi pasar selama abad 19th dan 20th. Ekonomi Marxist berlandaskan pada labor theory of value yang dasarnya ditanamkan oleh classical economists (termasuk Adam Smith) dan kemudian dikembangkan oleh Marx. Pemikiran Marxist beranggapan bahwa capitalism adalah berlandaskan pada exploitation kelas pekerja: pendapatan yang diterima mereka selalu lebih rendah dari nilai pekerjaan yang dihasilkannya, dan selisih itu diambil oleh capitalist dalam bentuk profit.
Pada akhir abad 19th, kontrol dan arah dari industri skala besar berada di tangan financiers. Masa ini biasa disebut sebagai "finance capitalism," dicirikan dengan subordination proses produksi ke dalam accumulation of money profits dalam financial system. Penampakan utama capitalism pada masa ini mencakup establishment of huge industrial cartels atau monopolies; kepemilikan dan management dari industry oleh financiers berpisah dari production process; dan pertumbuhan dari complex system banking, sebuah equity market, dan corporate memegang capital melalui kepemilikan stock. Tampak meningkat juga industri besar dan tanah menjadi subject of profit dan loss oleh financial speculators.
Akhir abad 19th juga muncul "marginal revolution" yang meningkatkan dasar pemahaman ekonomi mencakup konsep-konsep seperti marginalism dan opportunity cost. Lebih lanjut, Carl Menger menyebarkan gagasan tentang kerangka kerja ekonomi sebagai opportunity cost dari keputusan yang dibuat pada margins of economic activity.
Akhir 19th dan awal 20th capitalism juga disebutkan segagai era "monopoly capitalism," ditandai oleh pergerakan dari laissez-faire phase of capitalism menjadi the concentration of capital hingga mencapai large monopolistic atau oligopolistic holdings oleh banks and financiers, dan dicirikan oleh pertumbuhan corporations dan pembagian labor terpisah dari shareholders, owners, dan managers.
Pada quarter terakhir abad 19th, kemunculan dari large industrial trusts mendorong legislation di U.S. untuk mengurangi monopolistic tendencies dari masa ini. Secara berangsur-angsur, U.S. federal government memainkan peranan yang lebih besar dalam menghasilkan antitrust laws dan regulation of industrial standards untuk key industries of special public concern. Pada akhir abad 19th, economic depressions dan boom and bust business cycles menjadi masalah yang tak terselesaikan. Long Depression dari 1870s dan 1880s dan Great Depression dari 1930s berakibat pada nyaris keseluruhan capitalist world, dan menghasilkan pembahasan tentang prospek jangka panjang capitalism. Selama masa 1930s, Marxist commentators seringkali meyakinkan kemungkinan penurunan atau kegagalan capitalism, dengan merujuk pada kemampuan Soviet Union untuk menghindari akibat dari global depression.
Macroeconomics mulai dipisahkan dari microeconomics oleh John Maynard Keynes pada 1920s, dan menjadi kesepakatan bersama pada 1930s oleh Keynes dan lainnya, terutama John Hicks. Mereka mendapat ketenaran karena gagasannya dalam mengatasi Great Depression. Keynes adalah tokoh penting dalam gagasan pentingnya keberadaaan central banking dan campur tangan pemerintah dalam hubungan ekonomi. Karyanya "General Theory of Employment, Interest and Money" menyampaikan kritik terhadap ekonomi klasik dan juga mengusulkan metode untuk management of aggregate demand. Pada masa sesudah global depression pada 1930s, negara memainkan peranan yang penting pada capitalistic system di hampir sebagian besar kawasan dunia. Pada 1929, sebagai contoh, total pengeluaran U.S. government (federal, state, and local) berjumlah kurang dari sepersepuluh dari GNP; pada 1970s mereka berjumlah mencapai sepertiga. Peningkatan yang sama tampak pada industrialized capitalist economies, sepreti France misalnya, telah mencapai ratios of government expenditures dari GNP yang lebih tinggi dibandingkan United States. Sistem economies ini seringkali disebut dengan "mixed economies."
Banyak economists menggunakan kombinasi dari Neoclassical microeconomics dan Keynesian macroeconomics. Kombinasi ini, yang sering disebut sebagai Neoclassical synthesis, dominan pada pengajaran dan kebijakan publik pada masa sesudah World War II hingga akhir 1970s. pemikiran neoclassical mendapat bantahan dari monetarism, dibentuk pada akhir 1940s dan awal 1950s oleh Milton Friedman yang dikaitkan dengan University of Chicago dan juga supply-side economics.
Pada akhir abad 20th terdapat pergeseran wilayah kajian dari yang semula berbasis price menjadi berbasis risk, keberadaan pelaku ekonomi yang tidak sempurna dan perlakuan terhadap ekonomi seperti biological science, lebih menyerupai norma evolutionary dibandingkan pertukaran yang abstract. Pemahaman akan risk menjadi signifikan dipandang sebagai variasi price over time yang ternyata lebih penting dibanding actual price. Hal ini berlaku pada financial economics dimana risk-return tradeoffs menjadi keputusan penting yang harus dibuat.
Masa postwar boom yang lama berakhir pada 1970s dengan adanya economic crises experienced mengikuti 1973 oil crisis. “stagflation” dari 1970s mendorong banyak economic commentators politicians untuk memunculkan neoliberal policy diilhami oleh laissez-faire capitalism dan classical liberalism dari abad 19th, terutama dalam pengaruh Friedrich Hayek dan Milton Friedman. Terutama, monetarism, sebuah theoretical alternative dari Keynesianism yang lebih compatible dengan laissez-faire, mendapat dukungan yang meningkat increasing dalam capitalist world, terutama dibawah kepemimpinan Ronald Reagan di U.S. dan Margaret Thatcher di UK pada 1980s.
Area perkembangan yang paling pesat kemudian adalah studi tentang informasi dan keputusan. Contoh pemikiran ini seperti yang dikemukakan oleh Joseph Stiglitz. Masalah-masalah ketidakseimbangan informasi dan kejahatan moral dibahas disini seperti karena memengaruhi modern economic dan menghasilkan dilema-dilema seperti executive stock options, insurance markets, dan Third-World debt relief.



















Daftar Tokoh Ekonomi


1.        Xenophon(440-355 B.C.)
2.        Aristotle (384-322 B.C.)
3.        Aquinas,St.Thomas (1225-1274)
4.        Oresme, Nicholas (1320-1382)
5.        More, Sir Thomas (1478-1535)
6.        Bodin, Jean (1530-1596)
7.        Mun, Thomas (1571-1641)
8.        MontchrĂ©tien, Antoine de (1575-1621)
9.        Malynes, Gerald de (1586-1641)
10.     Hobbes, Thomas (1588-1679)
11.     Misselden, Edward (1608-1654)
12.     Colbert, Jean Baptise (1619-1683)
13.     Petty, Sir William (1623-1687)
14.     Child, Sir Josiah (1630-1699)
15.     Locke, John (1632-1704)
16.     Vauban, Marshal SĂ©bastien(1633-1707)
17.     North, Sir Dudley (1641-1691)
18.     Newton, Sir Isaac (1642-1727)
19.     Boisguillebert, Pierre le Pesant (1646-1714)
20.     Davenant, Charles (1656-1714)
21.     De Moivre, Abraham (1667-1754)
22.     Mandeville, Bernard de (1670-1733)
23.     Law, John (1671-1729)
24.     Cantillon, Richard (1680-1734)
25.     Montesquieu,Charles Louis de Secondat (1689-1755)
26.     Zincke, Georg Heinrich (1692-1768)
27.     Hutcheson, Francis (1694-1746)
28.     Quesnay, François (1694-1774)
29.     Bernouilli, Daniel (1700-1782)
30.     Bayes, Reverend Thomas (1702-1761)
31.     Hume, David (1711-1776)
32.     Steuart, Sir James (1712-1780)
33.     Mireabeau, Victor de Riqueti, Marquis de (1715-1789)
34.     De la Rivière, Mercier (1720-1794)
35.     Smith, Adam (1723-1790)
36.     Turgot, Robert Jacques (1727-1781)
37.     Galiani, AbbĂ© (1728-1787)
38.     Borda, Jean Charles (1733-1799)
39.     du Pont de Nemours, Pierre Samuel (1739-1817)
40.     Condorcet, Marquis de (1743-1794)
41.     Bentham, Jeremy (1748-1832)
42.     Legendre, Adrien Marie (1752-1833)
43.     Godwin, William (1756-1836)
44.     Saint-Simon, Comte Henri de (1760-1825)
45.     Babeuf, François (1764-1797)
46.     Malthus, Thomas R. (1766-1834)
47.     Say, Jean-Baptiste (1767-1832)
48.     Hegel, Georg Friedrich (1770-1831)
49.     Owen, Robert (1771-1858)
50.     Fourier, Charles (1772-1837)
51.     Ricardo, David (1772-1823)
52.     Sismondi, Jean Charles (1773-1842)
53.     Gauss, Carl Friedrich (1777-1855)
54.     Von ThĂĽnen, Johann Heinrich (1780-1850)
55.     Poisson, SimĂ©on Denis (1781-1840)
56.     Hodgskin, Thomas (1787-1869)
57.     List, Friedrich (1789-1846)
58.     Senior, Nassau William (1790-1864)
59.     Carey, Henry Charles (1793-1879)
60.     Quetelet, Adolphe (1796-1874)
61.     Walker, Amasa (1799-1875)
62.     Bastiat, FrĂ©dĂ©ric (1801-1850)
63.     Cournot, Antoine Augustin (1801-1877)
64.     Dupuit, A.J.E. ( 1804-1866)
65.     Mill, John Stuart (1806-1873)
66.     Proudhon, Pierre-Joseph (1809-1865)
67.     Gossen, Hermann Heinrich (1810-1858)
68.     Hildebrand, Bruno (1812-1878)
69.     Blanc, Louis (1813-1882)
70.     Roscher, Wilhelm (1817-1894)
71.     Marx, Karl (1818-1883)
72.     Juglar, ClĂ©ment (1819-1905)
73.     Knies, Karl Gustav (1821-1898)
74.     Bertrand, Joseph Louis François(1822-1900)
75.     Galton, Francis (1822-1911)
76.     Cairnes, John Elliot (1824-1875)
77.     Lassalle, Ferdinand (1825-1864)
78.     Bagehot, Walter (1826-1877)
79.     Perry, Arthur Latham (1830-1905)
80.     Walras, Marie Esprit LĂ©on (1834-1910)
81.     Jevons, William Stanley (1835-1882)
82.     Wagner, Adolf (1835-1917)
83.     Schmoller, Gustav (1838-1917)
84.     George, Henry (1839-1897)
85.     Menger, Carl (1840-1921)
86.     Walker, Francis A. (1840-1897)
87.     Marshall, Alfred (1842-1924)
88.     Brentano, Ludwig Joseph (1844-1931)
89.     Wicksteed, Philip (1844-1927)
90.     Edgeworth, Francis Ysidro (1845-1926)
91.     Clark, John Bates (1847-1938)
92.     Pareto, Vilfredo (1848-1923)
93.     Böhm-Bawerk, Eugen (1851-1914)
94.     Wicksell, Johann Gustaf Knut (1851-1926)
95.     Wieser, Friedrich Freiherr von (1851-1926)
96.     Toynbeee, Arnold (1852-1883)
97.     Pearson, Karl (1857-1936)
98.     Veblen, Thorstein (1857-1929)
99.     Hobson, John A. (1858-1940)
100.  Commons, John R. (1862-1945)
101.  Cassel, Gustav (1866-1945)
102.  Fisher, Irving (1867-1947)
103.  Lenin, Vladimir Ilyich Ulyanov (1870-1924)
104.  Yule, George Udny (1871-1951)
105.  Mitchell, Wesley Clair (1874-1948)
106.  Young, Allyn (1876-1929)
107.  Hilferding, Rudolf (1877-1941)
108.  Pigou, Alfred Cecil (1877-1959)
109.  Hawtrey, Ralph G. (1879-1971)
110.  Heckscher, Eli F. (1879-1952)
111.  Slutsky, Evgeny Evgenievich(1880-1948)
112.  Mises, Ludwig von (1881-1973)
113.  Keynes, John Maynard (1883-1946)
114.  Schumpeter, Joseph A. (1883-1950)
115.  Knight, Frank H. (1885-1972)
116.  Hayek, Friedrich August von (1889-1992)
117.  Lindahl, Erik (1891-1960)
118.  Kondratieff, Nikolai Dimitri (1892-1938)
119.  Frisch, Ragnar (1895-1973)
120.  Hotelling, Harold (1895-1973)
121.  Myrdal, Gunnar (1898-1987)
122.  Kalecki, Michael (1899-1970)
123.  Ohlin, Bertil (1899-1979)
124.  Harrod, Roy F. (1900-1978)
125.  Kuznets, Simon (1901-1985)
126.  Morgenstern, Oskar (1902-1976)
127.  Tinbergen, Jan (1903-1994)
128.  Neumann, John von (1903-1957)
129.  Hicks, John R. (1904-1989)
130.  Kahn, Richard F. (1905-1989)
131.  Georgescu-Roegen,Nicholas (1906-1994)
132.  Meade, James E. (1907-1995)
133.  Nurkse, Ragnar (1907-1959)
134.  Kaldor, Nicholas (1908-1986)
135.  Koopmans, Tjalling C. (1910-1986)
136.  Kantorovich, Leonid (1912-1986)
137.  Lewis, Sir W. Arthur (1915-1990



               Ilmu sebagai objek kajian filsafat sepatutnya mengikuti alur filsafat, yaitu objek material yang didekati lewat pendekatan radikal, menyeluruh dan rasional. Begitu juga sifat pendekatan spekulatif dalam filsafat sepatutnya merupakan bagian dari ilmu karenanya ilmu dilihat pada posisi yang tidak mutlak, sehingga masih ada ruang untuk berspekulasi demi pengembangan ilmu itu sendiri.
               Objek filsafat adalah segala sesuatu yang maujud dalam sudut pandang dan kajian yang mendalam (radikal). Secara lebih sistematis para ahli membagi objek filsafat ke dalam objek material dan obyek formal. Filsafat sebagai proses berfikir yang sistematif dan radikal juga memiliki objek material dan objek formal.
ĂĽ  Objek Material
               Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, yang meliputi : ada dalam kenyataan, ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan (Lasiyo dan Yuwono, 1994:6).Sebagian filosof membagi objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran dan yang ada dalam kemungkinan.
               Objek material adalah suatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran.
               Obyek material filsafat ilmu sama dengan obyek material beberapa ilmu lain seperti sejarah ilmu, psikologi ilmu, atau sosiologi ilmu. Semuanya mempelajari ilmu-ilmu. Misalnya, psikologi ilmu adalah cabang psikologi yang memberikan penjelasan tentang proses-proses psikologis yang menunjang ilmu. Hasil penelitian bidang ini dapat merumuskan pentingnya faktor psikologis pada kreativitas proses penyusunan hipotesis ilmiah. Demikian juga unsur psikologis dalam persepsi, khususnya persepsi pada observasi ilmiah. Isi filsafat ditentukan oleh apa yang dipikirkan. Menurut Dardiri, terdapat tiga kategori, yaitu:
1.      Tipikal/sungguh ada dalam kenyataan (misal: meja yang tampak nyata)
2.      Ada dalam kemungkinan (misal: ayam dari telur)
3.      Dalam pikiran/konsep (misal: angka)
               Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek material filsafat adalah sarwa yang ada (segala sesuatu yang berwujud), yang pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok yaitu :
1.      Hakekat Tuhan
2.      Hakekat Alam
3.      Hakekat manusia
ĂĽ  Objek Formal
            Obyek formal adalah objek yang menyangkut sudut pandang dalam melihat obyek material tertentu. Objek formal filsafat ialah usaha mencari keterangan secara radikal terhadap objek material filsafat. Dengan demikian objek material filsafat mengacu pada substansi yang ada dan mungkin ada yang dapat difikirkan oleh manusia, sedangkan objek formal filsafat menggambarkan tentang cara dan sifat berfikir terhadap objek material tersebut, dengan kata lain objek formal filsafat mengacu pada sudut pandang yang digunakan dalam memikirkan objek material filsafat.
            Objek formal filsafat adalah hakikat dari segala sesuatu yang ada
(Lasiyo dan Yuwono, 1994 : 6). Sistematika Filsafat Sebagaimana pengetahuan yang lain, filsafat telah mengalami perkembangan yang pesat yang ditandai dengan bermacam-macam aliran dan cabang
            Objek formal filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar tinjauan filosofis, yaitu secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Obyek formal Filsafat Ilmu ialah asal usul, struktur, metode, dan validitas ilmu. Dalam kaitan dengan ini, C.A. van Peursen menyebutkan adanya dua kecenderungan dalam filsafat ilmu, yakni tendensi metafisik dan metodologik. Pada tendensi metafisik, filsafat ilmu misalnya bertanya apakah ruang yang digunakan ilmu ukur itu merupakan suatu yang sungguh-sungguh ada sebagai ruang mutlak atau hanya skematisasi yang dipaksakan pada gejala-gejala oleh pengamatan manusia? Filsafat ilmu juga mempertanyakan bagaimana peranan hukum sebab-akibat dalam realitas alam. Juga diselidiki misalnya: bagaimana sifat pengetahuan yang mendasari ilmu? Apakah gejala historis dapat ditampilkan dalam suatu ilmu berdasarkan alsan-alasan obyektif? Menyangkut tendensi metodologik, filsafat ilmu memusatkan perhatian pada data relevan dan konstruksi argumentasi yang sahih.
Setiap ilmu memiliki objek yang terdiri dari dua macam, yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah fenomena di dunia ini yang menjadi bahan kajian ilmu, sedangkan objek formal adalah pusat perhatian ilmuwan dalam mengkaji objek material. Objek material suatu ilmu dapat dan boleh sama dengan objek material ilmu yang lain. Tetapi objek formalnya tidak akan sama. Bila objek formalnya sama maka sebenarnya mereka merupakan ilmu yang sama tetapi diberi sebutan berbeda.
Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidak-seimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan (Ingg: scarcity).
ĂĽ  Objek Material
         Objek material ekonomi adalah manusia sebagai causa efisiensi. Atas dasar pandangan manusia menyebabkan terjadinya peristiwa sosial dan ekonomis. Selanjutnya terdapat uang, modal, ataupun badan-badan yang terlibat dalam kegiatan perekonomian itu ekonomi.
ĂĽ  Objek Formal
         Objek formal ekonomi adalah cara-cara serta tindakan-tindakan yang dapat ditempuh oleh manusia didalam mengalokasikan sumber-sumber yang ada. Seperti telah diketahui bahwa objek formal adalah sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau sudut dari mana objek material itu disorot.
Filsafat ilmu diperkenalkan sekitar abad XIX oleh sekelompok ahli ilmu pengetahuan dari universitas wina. Para ahli ilmu pengetahuan yang dipelopori oleh Moris Schlick membentuk suatu perkumpulan yang disebut Wina circle untuk menyatukan semua disiplin ilmu (kimia,fisika,matematika) pada suatu bahasa ilmiah dan cara bekerja ilmiah yang pasti dan logis. Bidang keilmuan membutuhkan proses kerja ilmiah yang relevan dengan pokok perhatian yang lebih spesifik. Karena itu saat ini filsafat ilmu sudah semakin berkembang dan menjadi filsafat modern yang dibutuhkan dalam setiap ilmu.
 

Pengertian IPA Menurut Para Ahli :
1.      Fisher 
Science  adalah  kumpulan pengetahuan  yang  diperoleh  dengan menggunakan  metode-metode yang berdasarkan observasi.
2.      Carin
Science adalah suatu kumpulan pengetahuan yang  tersusun secara sistematik,  yang  di  dalam  penggunaannya  secara  umum  terbatas  pada  gejala-gejala  alam. Perkembangan  science  tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan  fakta  saja,  tetapi  juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
3.      Nash  seorang  ahli  kimia,  menekanakan  bahwa  science  adalah  suatu  proses  atau suatu cara untuk meneropong dunia.
4.      Wigner  seorang  ahli  fisika  mendefinisikan  science  sebagai  gudang / penyimpanan tentang gejala-gejala alam.
5.      T.H. Huxley, seorang ahli biologi
Science  adalah  pikiran  sehat  yang  diorganisir.  Secara  tepat  pernyataan  yang  mudah  dimengerti  ini  melukiskan  kewajaran  dan  kemasukakalan  (rasionalitas) pengetahuan  ilmiah  sehingga  dapat membantu melenyapkan  beberapa  ilmu  sihir  (mistik) yang sering melingkupi science.
Pembagian Ilmu Alam Atau Ilmu Pengetahuan alam
1.      Astronomi
2.      Biologi
3.      Ekologi
4.      Fisika
5.      Geologi
6.      Geografi fisik berbasis ilmu
7.      Ilmu bumi
8.      Kimia
Pengertian IPS Menurut Para Ahli :
1.      Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS adalah merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.
2.      Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) hanyalah sebuah program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social sciences), maupun ilmu pendidikan (Somantri, 2001 : 89). Social Science Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS) menyebut IPS sebagai "Social Science Education" dan "Social Studies".
Pembagian Ilmu Sosial Atau Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Sosial :
1.      Hukum
2.      Ekonomi
A. Ekonomi Murni
B.  Ekonomi Terapan
3.   Komunikasi
4.   Sejarah :
A.    Kronologi
B.     Histrografi
C.     Genealogi
D.    Paleagrafi
E.     Kliometik
5.      Geografi :
A.    Geografi Fisik
B.     Geografi Regional
6.      Sosiologi :
A.    Sosiologi Pendidikan
B.     Sosiologi Agama
C.     Sosiologi Hukum
D.    Sosiologi Pembangunan
E.     Sosiologi Politik
F.      Sosiologi Perkotaan
G.    Sosiologi Keluarga
H.    Sosiologi Industri
I.       Sosiologi Pedesaan
J.       Sosiologi Kesehatan
7.      Antropologi :
A.    Fisik
B.     Budaya
8.      Politik
9.      Pendidikan :
A.    Pendidikan Teotoris
B.     Pendidikan Praktis :
1.      Seni mendidik
2.      Bimbingan dan Penyuluhan
3.      Pedogogik
4.      Andragogi
5.      Ortopedagogik
6.      Agama
7.      Kepribadian
8.      Intelektual
9.      Jasmani
10.  Kesehatan
11.  Wirausaha
12.  Kejuruan
13.  Penidikan Ilmu lainnya
C.     Filsafat Pendidikan
D.    Sejarah Pendidikan
10.  Psikologi
Filsafat itu selalu bersifat "filsafat tentang" sesuatu yang tertentu karena filsafat bertanya tentang seluruh kenyataan. Contohnya filsafat tentang manusia, filsafat alam, filsafat kebudayaan, filsafat seni, filsafat agama, filsafat bahasa, filsafat sejarah, filsafat hukum, filsafat pengetahuan dan seterusnya. Seluruh jenis filsafat tersebut dapat dikembalikan lagi kepada empat bidang induk, seperti dalam skema ini.






Epistemologi
:
pengetahuan tentang pengetahuan
Logika
:
menyelidiki aturan-aturan yang harus diperhatikan supaya berpikir sehat
Kritik ilmu-ilmu
:
menyelidiki titik pangkal, metode dan objek dari ilmu-ilmu
Ontologi
:
pengetahuan tentang "semua pengada sejauh mereka ada"
Teologi metafisik
:
(disebut juga teodise atau filsafat ketuhanan) berbicara tentang pertanyaan apakah Tuhan ada dan nama-nama tentang ilahi
Antropologi
:
berbicara tentang manusia
Kosmologi
:
(disebut juga filsafat alam) berbicara tentang alam, kosmos
Etika
:
(disebut juga filsafat moral) berbicara tentang tindakan manusia
Estetika
:
(disebut juga filsafat seni) menyelidiki mengapa sesuatu dialami sebagai indah
Sejarah filsafat
:
mengajarkan apa jawaban pemikir-pemikir sepanjang zaman



Struktur pengetahuan filsafat terbagi menjadi tiga bidang yaitu :
1.      Filsafat sistematis
A.    Metafisika
B.     Epistomologi
C.     Logika
D.    Etika
E.     Etstetika
2.      Filsafat khusus
A.    Filsafat seni
B.     Filsafat kebudayaan
C.     Filsafat penididikan
D.    Filsafat  sejarah
E.     Filsafat bahasa
F.      Filsafat hukum
G.    Filsafat budi
H.    Filsafat politik
I.       Filsafat agama
J.       Filsafat kehidupan sosial
3.      Filsafat keilmuan
A.    Filsafat matematik
B.     Filsafat ilmu-ilmu fisik
C.     Filsafat biologi
D.    Filsafat  linguistik
E.     Filsafat psikologi
F.      Filsafat ilmu-ilmu sosial
Dalam pembagian pohon ilmu filsafat dalam disimpulkan bahwa Ilmu Ekonomi termasuk dalam ilmu pengetahuan sosial.
Ilmu ekonomi berhubungan dengan ilmu-ilmu lainya. Pada dasarnya ilmu ekonomi mencakup pada ilmu-ilmu lainnya. Tanpa kita sadari ilmu yang satu dengan ilmu lainnya saling berkaitan.
1.      Interaksi ilmu ekonomi dengan ilmu agama
Di Barat sendiri belakang ini memang diakui kajian tentang hubungan agama dan ekonomi sangat sedikit kalau tidak bisa dibilang hampir tidak ada. Namun bukan tidak ada. Adam Smith dalam buku pertamanya sebenarnya menganggap unsur agama punya peran dalam bidang ekonomi. Dalam hal ini agama dia sebut dengan istilah 'moral suasion'. Ia menyatakan bahwa aspek moral harus mewarnai dan berperan dalam ekonomi.
Namun berikutnya dalam bukunya yang kedua yang lebih terkenal 'The Wealth of Nation' aspek agama akhirnya hilang namun masih tetap ada fungsi yang hilang itu yang diganti dengan nama 'invisible hand'. Sebagaimana kita ketahui pada akhirnya dalam teori, model, dan kebijakan ekonomi, keuangan perbankan, peran dan nilai agama sama sekali dihilangkan.
Lipset, Bendix dan Weller menemukan hubungan signifikan antara agama dengan sikap dan prilaku ekonomi seseorang. Gordon Woodbine dan Tungsten Chou (2003) melihat hubungan antara afiliasi agama dengan persepsi mahasiswa terhadap etika konsumen. Mereka menyimpulkan pemeluk Islam lebih memiliki komitmen terhadap etika dibandingkan dengan pemeluk Buddha dan Kristen. Pemeluk Buddha lebih komit terhdap etika dibandingkan Kristen.
Memang Emile Durkheim (1933) menyatakan bahwa semakin sejahtera ekonomi suatu bangsa semakin berkurang peranan agama. Namun dari sisi lain sejalan dengan perkembangan masyarakat, Naisbitt (1996) meramalkan adanya kebangkitan spirit agama dimasa yang akan datang. Syahdan, dengan semakin kelihatannya kebobrokan kapitalisme dan munculnya berbagai sistem alternatif baik dalam lingkup kapitalisme yang dinilai memiliki nuansa yang lebih humanis maupun yang berasal dari luarnya seperti pemikiran radikalis (sosialis, komunis) dan Islam yang lebih adem menyebabkan perhatian kepada agama ini semakin meningkat. Ini bukan saja di kalangan Islam tapi juga di kalangan Katolik, Kristen, Yahudi, Buddha, Hindu dan lain lain. Pemeluk agama ini juga mencoba merumuskan posisi mereka dalam bidang ekonomi.
Islam sejak awal tidak pernah memisahkan aspek agama dan non-agama termasuk dengan kegiatan ekonomi. Oleh karena itulah maka Islam selalu menjadi target sasaran tembak kapitalisme dan antek-anteknya yang ingin mempertahankan hegemoninya di bumi Allah. Islam selalu menempatkan Tuhan sebagai penguasa dan sumber kebenaran yang dianggap lebih baik daripada teori dan nilai rumusan manusia yang merupakan ciptaan Tuhan dengan segala keterbatasannya. Tidak terkecuali dibidang ekonomi.
2.      Interaksi ilmu ekonomi dengan ilmu hukum
Seiring dengan kemajuan zaman terutama kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin banyak muncul spesialisasi, contoh yang mudah diketahui adalah di bidang kedokteran. Kalau dulu hanya dikenal dokter spesialis bedah maka sekarang bedah itu pun sudah terbagi-bagi. Demikian pula dalam ilmu-ilmu lain, termasuk ilmu hukum adan ilmu ekonomi.
Akan tetapi seiring dengan hal-hal di atas sesungguhnya telah terjadi juga semakin keterkaitan bahkan ketergantungan antara satu ilmu dengan ilmu lain.  Ilmu hukum tidak dapat lagi berjalan sendiri melainkan harus bergandengan tangan beriringan dengan ilmu-ilmu lain seperti sosiologi, antropologi, kedokteran, psikologi, kriminologi, ekonomi, dan lain-lain.
Khusus mengenai ekonomi, pada saat ini dapat dikatakan tidak ada lagi kegiatan ekonomi yang tidak berkaitan dengan hukum. Sebaliknya tidak ada lagi kegiatan hukum yang tidak beraspek ekonomi. Dengan demikian pemahaman kedua ilmu itu secara menyeluruh sudah menjadi kebutuhan bersama. Dengan kata lain, seseorang yang mempelajari hukum seharusnya mempelajari ekonomi juga, demikian juga sebaliknya
3.      Interaksi ilmu ekonomi dengan ilmu sosiologi
Pada mulanya, pada periode dominasi pemikiran-pemikiran filosofis, kegiatan ekonomi dan perilaku sosial tidak dapat dibedakan. Keduanya merupakan sebuah kesatuan. Namun seiring peradaban manusia yang semakin maju dan kompleks dengan segala variasinya, ilmu pengetahuan semakin spesifik dan terspesialisasi, ekonomi pun mulai terpisah dari ilmu sosial lainnya.
Ilmu ekonomi mempelajari usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam dengan keterbatasan barang dan jasa yang tersedia. Misalnya ilmu ekonomi berusaha memecahkan persoalan yang timbul karena tidak seimbangnya persediaan pangan dengan jumlah penduduk, serta mempelajari usaha menaikkan produksi guna memenuhi kebutuhan masyarakat.
Adapun sosiologi mempelajari unsur-unsur kemasyarakatan secara keseluruhan. Sosiologi mempelajari bagaimana manusia berinteraksi, bekerjasama, bersaing dalam upaya-upaya pemenuhan kebutuhan Meskipun sosiologi juga menempatkan manusia dan masyarakat sebagai objek material bersama dengan ekonomi, namun ia (sosiologi) memiliki perangkat dan wilayah analisis yang berbeda dengan ilmu ekonomi. Sosiologi berusaha memberikan kategorisasi, diferensiasi, simplifikasin dan generalisasi terhadap fakta sosial yang diamati.
Dengan demikian dapat disusun variabel-variabel yang dapat dioperasionalisasikan dalam analisis. Elemen-elemen observasinya berupa regularitas, orientasi sosial individu dan kelompok, struktur sosial, sanksi-sanksi, norma-norma, dan nilai-nilai.
4.      Interaksi ilmu ekonomi dengan ilmu politik
Ilmu politik dan Ekonomi sejak dulu sampai sekarang selalu sangat erat hubungannya. Dalam setiap tindakan politik ada aspek ekonominya, demikian pula struktur perekonomian suatu masyarakat dapat mempengaruhi lembaga-lembaga politik yang sudah ada.
Jika ditinjau dari segi kehidupan masyarakat pengaruh ilmu politik dan ekonomi jelas saling bergantung, keduanya saling membutuhkan, bisa dikatakan salah satu diantara keduanya tidak bisa berjalan tampa iringan satu sama lain. Maka lazimya untuk mempelajari kedua pelajaran ini amat terkait dan terhubung.
Para pemikir terdahulu menganggap ilmu ekonomi sebagai cabang dari ilmu politik, dari sinilah muncul nama atau gelar ilmu ekonomi politik. Karena dimasa itu pokok urusan ketertiban finansial dilihat atau diambil dari sumber penghasilan Negara, Sedangkan sekarang pemikiran tersebut telah berubah. Ilmu ekonomi dinyatakan independent dan terpisah dari pelajaran politik, dimana pelajaran ini mengajarkan masyarakat untuk berusaha, bagaimana,dimana, apa dan gimana mengatur dan memperoleh kekayaan. Singkatnya ekonomi adalah ilmu kekayaan.
Golongan dan grup ekonomi disetiap Negara terlaksana terus menerus dimana tertekan dalam administrasi untuk perlindungan dan kekayaan. Demikian pula, penggunaan kondisi ilmu ekonomi memiliki pengaruh besar dalam cita- cita perpolitikan dan institusi, Contohnya: adanya revolusi yang menimbulkan cita- cita kemerdekaan perseorangan, demokrasi, sosialisme dan komunis. Ekonomi berpengaruh dalam politik hanya dibeberapa titik saja, dimana titik penghasilan dan penyaluran dari kekayaan sangatlah besar pengaruhnya didalam pemerintahan. Bahkan juga disebabkan dari berbagai penyelesaian permasahan yang memang lazim timbul didalam Bernegara.
5.      Interaksi ilmu ekonomi dengan ilmu administrasi
Ilmu administrasi dan ilmu ekonomi sangat erat kaitannya, saling melengkapi, dan seiring antara satu dengan yang lainnya. Dilihat dari prinsip kedua ilmu ini berintikan pada dua hal yaitu, efisiensi dan efektivitas. Administrasi dapat menjadi alat ekonomi sebagai pencapaian tujuan begitupun sebaliknya ekonomi dapat menggunakan ilmu administrasi sebagai alat hingga tercapainya tujuan yang telah direncanakan.
Contohnya keseragaman penelaahan tentang sebuah perusahaan, lembaga ekonomi, organisasi sebuah perusahaan, seperti C.V., Firma, dan sebagainya, pengaturan keuangan, fiskal, dan penganggaran (budgeting), Dalam bidang tersebut kedua ilmu ini saling mempengaruhi, mengisi dan melengkapi satu sama lain, ilmu ekonomi juga menyumbangkan teori-teori peramalan (forecasting) dan pengambilan keputusan (decision making), hal ini dapat dilihat dari bagaimana ilmu ekonomi memberikan masukan kepada administrator tentang bagaimana memaksimalkan sumber daya dengan cara-cara yang efektif untuk menyesuaikan dengan keadaan luar dan melalui pemberian input dan perbaikan pembuatan keputusan.
6.      Interaksi ilmu ekonomi dengan ilmu antropologi
Ilmu Ekonomi yang mengkaji fenomena ekonomi modern lebih didasari oleh pemikiran-pemikiran Barat atau Ero-Eropa. Persoalannya adalah bilamana pemikiran-pemikiran ekonomi diterapkan pada setiap masyarakat terutama masyarakat yang masih sederhana atau negara terutama negaranegara berkembang tidak selamanya akan sesuai karena dilatarbelakangi oleh faktor cara pandang yang berbeda pada kehidupan ekonominya. Perhitungan ekonomi modern tidak selamanya dapat diterapkan pada sistem ekonomi\masyarakat non Barat.
Keragaman budaya pada setiap masyarakat atau suku bangsa memperlihatkan pula adanya keragaman dalam strategi kehidupan ekonominya. Keragaman pada sistem ekonomi dapat dilihat pada sistem produksi apakah bercocok tanam sebagai petani, nelayan, peternakan, dan sebagainya. Begitu pula keragaman ini dapat dilihat pada sistem tukar menukar atau sistem jual beli barang.
Pada kondisi seperti di atas, antropologi sangat diharapkan perannya untuk dapat menjembatani pemikiran ekonomi modern dan pemikiran ekonomi lokal. Pembangunan ekonomi masyarakat di negara-negara berkembang tidak akan berjalan dengan baik bilamana tanpa diikuti oleh pertimbangan aspek budaya lokal terutama yang terkait dengan pola pikir kehidupan ekonominya. Terdapat perbedaan pandangan, anggapan, pengetahuan, persepsi pada masyarakat industri dengan masyarakat nonindustri seperti pertanian. Oleh karena itu perlu kehati-hatian para perencana pembangunan yang mencoba mengadopsi pemikiran atau teknologi yang datang dari masyarakat industri (negara-negara Barat) bagi kepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat nonindustri.
7.      Interaksi ilmu ekonomi dengan ilmu pemerintahan
Secara umum dapat dikatakan bahwa ilmu pemerintahan menekankan pada tungsi output daripada mutu sistem politik, sedangkan ilmu politik menitikberatkan pada fungsi input. Dengan perkataan lain ilmu pemerintahan lebih mempelajari komponen politik sebagai suatu sistem politik, sedangkan ilmu politik mempelajari society dari suatu sistem politik. Kebijaksanaan pemerintahan ( public policy) dibuat dalam arena politik, tetapi hampir semua perencanaan dan pelaksanaannya diselenggarakan dalam arena birokrasi pemerintahan tersebut.
Hubungan llmu Pemerintahan dengan ilmu ekonomi tampak sangat erat.Hal ini dapat dilihat dari munculannya merkantilisme sebagai aliran perekonomian yang bertujuan memperkuat negara dengan jalan mengkonsolidasi kekuatan dalam bidang perekonomian.
8.      Interaksi ilmu ekonomi dengan ilmu sejarah
Sepanjang masa modern kurang lebih 1500 tahun, kekuatan ekonomis yang sentripetal mengarah kepemusatan pasar dan produksi ke eropa barat, suatu pola perkembangan yang hingga perang ke dunia II masih tampak.
Dari pertumbuhan sistem ekonomi global yang kompleks  itu menurut Kartodidjo (1992:137) diekspolasikan beberapa tema peting diabtara lain :
A.    Proses perkembangan ekonomi (economic development) dari sistem agaris ke sistem industrial termasuk organisasi pertanian, pola perdagangan, lembaga-lembaga keuangan, kebijakan komersial dan pemikiran (ide) ekonomi
B.     Pertumbuhan akumulasi modal mencakup peranan pertanian, pertumbuhan penduduk dan peranan perdagangan internasional.
C.     Proses industrialisasi beserta soal-soal perubahan sosial
D.    Sejarah ekonomi bertalian erat dengan permasalahan ekonomi seperti kenaikan harga, konjungtur produksi agraris, ekspansi perdagangan dan sebagainya
E.     Sejarah ekonomi kuantitatif yang mencakup antara lain gross national product (GNP) percapita income
Dengan melihat hal-hal diatas, maka jelas dapat simpulkan kompleksitas sistem ekonomi dengan sendirinya menuntut pula pendekatan ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, ilmu politik dan lain-lain. Selanjutnya dalam perkembangan sejarah dan ekonomi saling berkaitan karena setiap sejarah mengandung nilai-nilai ekonomis.
1.      Ilmu ekonomi positif
Ilmu ekonomi positif adalah ilmu yamg mempelajari perilaku ekonomi secara apa adanya dan metode ini hanya menangani deskripsi dan fungsi. Yang termasuk dalam metode ini yaitu ekonomi deskriptif (mengumpulkan data untuk menjelaskan fenomena atau fakta) dan teori ekonomi (menyatakan sebab-akibat atau aksi-reaksi secara umum). Ilmu ekonomi positif dengan memasukkan unsur nilai-nilai moral dan etika karena adanya anggapan bahwa Ilmu Ekonomi Positif terlalu sempit, kering dan gersang.
2.      Ilmu ekonomi normatif (policy economic) :
A.    Menganalisis hasil perilaku ekonomi
B.     Mengevaluasinya baik atau buruk
C.     Menyarankan tindakan tertentu
3.      Ilmu ekonomi empiris
Ilmu ekonomi empiris yaitu dengan cara mengumpulkan dan memanfaatkan data untuk menguji teori ekonomi.
Ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang kelayakan (wealth) dan merupakan suatu bagian yang penting daripada studi tentang manuisia. Hal ini disebabkan karena sifat manusia yang telah dibentuk oleh kerjanya sehari-hari. serta sumber-sumber material yang mereka dapatkan darinya. Secara umum, bisa dikatakan bahwa ilmu ekonomi berbicara pada tingkah laku serta nilai-nilai perseorangan maupun masyarakat.
Ilmu ekonomi adalah ilmu sosial (social science). Ilmu tentang masyarakat yang berlaku untuk sebuah “masyarakat seorang’ dan (apalagi) untuk masyarakat banyak.
Ilmu ekonomi merupakan satu diantara ilmu-ilmu sosial yang pertama kali menggunakan metode kuantitatif didalam analisisnya, dan diantara hingga sekarang ini merupakan ilmu yang paling banyak memakai teknik-teknik matematika dan statistika dikalangan ilmu sosial.
Didalam ilmu ekonomi, hampir semua masalah dapat dinyatakan secara kuantitatif, misalnya kuantitas padi hasil panen tahun berjalan disuatu daerah, kuantitas rupiah yang dibelanjakan oleh suatu keluarga untuk dikonsumsi, volume minyak yang dihasilkan dari pengeboran disuatu daerah, pendapatan perkapita penduduk suatu negara pada suatu masa tertentu dan sebagainya. Oleh karena kebanyakan masalah ekonomi dapat dinyatakan secara kuantitatif maka para pemikir ekonomi dapat menggunakan metode kuantitatif dalam analisis mereka.
Dalam ilmu ekonomi mempunyai dua macam alat utama untuk analisisnya. Kedua alat itu adalah :
1.      Metode induksi dan deduksi
2.      Matematika dan statistika
Metode deduksi dan induksi kebanyakan dipakai dalam analisis kuantitatif. Metode induksi adalah metode penyelidikan, dimana dari hal-hal khusus disimpulkan hasil yang umum. Metode deduksi adalah kebalikan dari induksi yaitu dari hal-hal umum ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Kedua metode tersebut diperlukan dalam penelaahan masalah ekonomi. Konon, semua cabang ilmu pengetahuan amatlah memandang penting metode ini.
Alat analisis kedua adalah matematika dan statistika. Dengan matematika (khusus matematika ekonomi). Orang merumuskan fungsi-fungsi yang berlaku diantara peubah (variable) ekonomi. Kerap diingat, azas-azas matematika tidak seluruhya dapat diterapkan dalam menelaah teori ekonomi. Dalam hal ini, matematika harus “mengabdi” pada ilmu ekonomi bukan sebaliknya. Statistika merupakan lanjutan dari metode induksi, deduksi dan matematika. Bekal utama statistika serupa dengan mateatika yaitu teori ekonomi. Statitika dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang berasal dari dunia maya, setelah data terkumpul ditariklah kesimpulan tentang kenyataan yang terdapat pada kenyataan yang terdapat didalam masyarakat yang sedang diselidiki. Dewasa ini matematika dan statistika telah dianggap sebagai alat utama untuk penyelesaian masalah ekonomi. Keduanya tergabung dalam ekonometrika. Ekonometrika adalah bagian ilmu ekonomi yang mempergunakan matematika dan statistika sebagai alat utama dalam pembahasan masalahnya. Ekonometrika diambil dari dua kata, yaitu; economics (ilmu ekonomi) dan matric ( pengukuran) sehingga diartikan metode pengukuran didalam ilmu ekonomi.
Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa  ilmu ekonomi secara sedehana merupakan  uapaya manusia untuk pemenuhan kebutuhannya yang bersifat tak terbatas dengan alat pemenuhan kebutuhan  berupa barang  dan jasa yang bersifat langka serta mempunyai kegunaan altrnatif. Untuk  dalam cara pemenuhan kebutuhan itulah berkaitan dengan  metode-metode dalam ilmu ekonomi tersebut. Adapun metode-metode yang digunakan dalam ilmu ekonmi,menurut Chaurmain dan Prihatin (1994: 14-16) meliputi:
1.      Metode Induktif yaitu metode di mana suatu keputusan dilakukan  dengan mengumpulkan semua data iformasi yang ada di dalam realitas kehidupan. Realita tersebut dalam setiap unsur kehidupan yang dialami individu, keluarga, masyarakat local dan sebagainya mencoba dicari jalan pemecahan sehingga upaya pemenuhan kebutuhannya tersebut dapat dikaji secara secermat mungkin. Sebagai contoh upaya menghasilkan dan menyalurkan sumber daya ekonomi. Upaya tersebut dilakukan sedemikian rupa sehingga sampai diperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang dapat tersedia pada jumlah, harga, dan waktu  yang tepat bagi pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan perencanaan yang dalam ilmu ekonomi berfungsi sebagai cara ataupun metode untuk menyusun daftar kebutuhan terhadap sejumlah barang dan jasa yang diperlukan masyarakat.
2.      Metode Deduktif adalah suatu metode ilmu ekonomi yang bekerja atas dasar hukum, ketentuan atau prinsip umum yang sudah diuji kebenarannya. Dengan metode ini ilmu ekonomi mencoba menetapkan  cara pemecahan masalah, sesuai dengan acuan, prinsip, hukum dan ketentuan yang ada dalam ilmu ekonomi. Misalnya, dalam ilmu ekonomi terdapat hukum yang mengemukakan bahwa “jika persediaan barang-barang dan jasa berkurang dalam masyarakat, sementara permintaannya  tetap, maka maka barang-barang dan jasa-jasa  akan naik harganya”. Bertolak dari hukum ekonomi tersebut, para ahli ekonomi secara deduktif sudah dapat menentukan  bahwa harus dijaga agar pesrsediaan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat tersebut selalu dapat mencukupi dalam kuantitas dan kualitasnya. Boulding (1955: 12) menyebutnya sebagai metode eksperimen intelektual (the method of intellectual experiment).
3.      Metode Matematika adalah metode yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah ekonomi dengan cara pemecahan soal-soal secara matematis. Hal ini maksudnya bahwa dalam matematika terdapat kebiasaankebiasaan  yang dimulai dengan pembahasan dalil-dalil. Melaui pembahasan dalil-dalil tersebut dapat dipastikan  bahwa kajiannya itu  dapat diterima secara umum.
4.      Metode Statistika adalah suatu metode pemecahan masalah ekonomi dengan cara-cara  pengumpulan  data, pengolahan data, analisis data, penafsiran data, dan penyajian data dalam bentuk  angka-angka secara statistik. Dari angkaangka yang  yang disajikan, kemudian dapat diketahui permasalahan yang sesungguhnya untuk kemudian dicarikan cara pemecahannya. Sebagai contoh, pembahasan mengenai  masalah pengangguran. Dalam hal ini bisa terlebih dahulu diidentifikasi unsur-unsur yang berkaitan dengan pengangguran, misalnya; data-data perusahaan, data-data tenaga kerja yang yang terdidik/kurang terdidik, jenis dan  jumlah lapangan kerja yang  trsedia, jumlah dan tingkat upah  yang ditawarkan perusahaan, temapat perusahaan beroperasi, maupun rata-ratempat tinggal para calon pekerja. Dari data yang tekumpul tersebut, seorang ahli ekonomi akan dapat menyusun pengolahan/analisis dan penafsiran data secara statistik yang berhubungan dengan pemecahan masalah pengangguran tersebut. Dari angka-angka statistik tersebut kemudian ia dapat menentukan cara-cara yang tepat untuk membantu mengatasi masalahmasalah pengangguran secara akurat berdasarkan tafsiran peneliti terhadap angka-angka yang disajian secara statistik.
A.    Memperbaiki cara berpikir yang membantu dalam pengambilan keputusan
Harta yang sangat berharga dalam diri manusia adalah pikiran. Dengan pikiran kits mampu menganalisis, menilai benar-salah, baik-buruk dan menentukan pilihan. Kemampuan ini memungkinkan manusia mempertahankan keberadaannya di bumi. Kemampuan itu pula yang memungkinkan manusia terus-menerus meningkatkan kualitas hidupnya. Metode-metode, teknik berpikir dalam ilmu ekonomi akan meningkatkan kemampuan berpikir dan mengambil keputusan.
B.     Membantu memenuhi masyarakat
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain. Kita tidakpernah berhenti berinteraksi. Menurut Ilmu ekonomi interaksi manusia terjadi lewat pertukaran (pasar). Sejarah ekonomi mengajarkan bahwa melalui pertukaran itu manusia berupaya mengatasi kelangkaan, selanjutnya mengembangkan teknologi dan sistem kemasyarakatan. Berdasarkan ini kita dapat memahami terjadinya Revolusi Industri di Inggris, Revolusi Politik di Perancis dan peristiwa-peristiwa bersejarah lainnya.
C.     Membantu memahami memahami masalah-masalah Internasional (global) Kelangkaan yang dihadapi terjadi pads setiap tingkatan hidup, mulai dari individu, keluarga, masyarakat desa, kota, negara dan internasional. Di tingkat internasional interaksi antar-individu secara langsung demi kepentingan pribadi, jarang terjadi.    Individu-individu yang berinteraksi lebih mewakili kepentingan-kepentingan kelompok (negara/perusahaan). Yang mereka lakukan meskipun tampaknya baik bagi    yang kelompok/negara lain, sebenarnya lebih mempertimbangkan kepentingan kelompok/negara mereka. Dengan belajar ilmu ekonomi, kita dapat mengerti lebih pasti dan    dalam, mengapa pada saat negara-negara Asia Timur (Indonesia) mengalami krisis ekonomi tahun 1998, negara-negara maju (Eropa Banat, Amerika Serikat dan Jepang), mau memberi bantuan melalui Dana Moneter Internasional (IMF) dan atau Bank Dunia (World Bank).
D.    Bermanfaat dalam membangun masyarakat demokrasi.
Cita-cita terbentuknya masyarakat demokrasi bukan moonopoli kaum politisi saja. Ekonom pun mempunyai cita-cita yang lama, seperti yang disampaikan oleh Kenneth Arrow. Ekonom memandang demokratisasi sangat penting dalam rangka memperbaiki proses alokasi sumber daya, karena lebih mencerminkan aspirasi masyarakat kebanyakan. Tidak mengherankan bila di masyarakat maju, para calon pemimpin yang akan dipilih harus mampu menjabarkan program - program ekonomi mereka.
A.     Salah satu kelemahan ilmu ekonomi konvensional adalah tidak adanya hubungan yang jelas antara tujuan-tujuan makroekonomi dan mikroekonomi.
B.     Membiarkan ilmu ekonomi sebagai disiplin menjadi penentu arah kegiatan ilmiah dan masalah-masalah sosial yang muncul dalam masyarakat tidak dijadikan obyek yang harus dipecahkan. Contoh : Jika di negara-negara maju ilmu ekonomi dijadikan makin “ilmiah” dengan sasaran-sasaran analisisnya pada masalah-masalah non-ekonomi seperti keluarga (Gary Becker) atau agama (the economics of religion), maka di negara-negara berkembang orang-orang awam makin frustasi karena ilmu ekonomi nampak tak berminat pada masalah perbaikan pemerintahan (governance).
C.     Jika ilmu ekonomi Neoklasik tidak berminat menganalisis masalah-masalah sosial di negara-negara sedang berkembang, tetapi mengurung diri sebagai disiplin yang kaku maka ia bukan ilmu sejati tetapi sekedar sebagai ideologi, itupun ideologi yang tidak mengikat, sehingga tidak berguna bagi pembangunan masyarakat, malahan ia menjadi penghambat pemecahan masalah-masalah sosial yang dihadapi masyarakat.
D.    Kegiatan ekonomi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup saja, tidak untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan.
E.     Salah satu kelemahan mendasar ilmu ekonomi konvensional, bila diterapkan di Indonesia, adalah ketika menganggap bahwa fenomena ekonomi yang bisa dianalisis hanyalah yang terjadi di pasar atau tentang komoditi yang dipertukarkan di pasar.
F.      Didalam Ilmu Ekonomi terdapat model ekonomi (abstrak-matematis) bahwa pasar hanya mengenal 2 sektor ekonomi saja yaitu sektor produksi (dilakukan perusahaan), dan sektor konsumsi (dilakukan rumah tangga). Dengan asumsi yang demikian jelas tidak dikenal adanya pelaku-pelaku ekonomi rakyat yang bertindak sekaligus sebagai produsen dan sebagai konsumen. Dengan demikian salah sekali asumsi dasar yang dipakai ilmu ekonomi konvensional bahwa hanya perusahaan saja yang dapat berproduksi dan berinvestasi, sedangkan rumah tangga tidak berproduksi tetapi hanya pandai berkonsumsi, yang juga berarti rumah tangga sama sekali tidak mampu berinvestasi
G.    Didalam Ilmu Ekonomi Neoklasik kelemahanya adalah keengganannya untuk memasukkan faktor budaya dan masalah keadilan dalam model analisisnya.
Peran Mahasiswa yaitu :
1.      Memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum pendidikan ekonomi, dimana sudah saatnya ada ruang bagi pengkajian dan penelaahan ekonomi secara lebih mendalam dan aplikatif.
2.      Dengan memperbanyak riset, studi, dan penelitian tentang ekonomi , baik yang berskala mikro maupun makro. Ini akan memperkaya keilmuan dan literatur ekonomi , sekaligus sebagai alat ukur keberhasilan penerapan sistem ekonomi  di Indonesia.
3.      Dengan mengembangkan networking yang lebih luas dengan berbagai institusi pendidikan ekonomi syariah lainnya, baik skala nasional maupun internasional.
4.      Mahasiswa sosialisasi dari mulut ke mulut (door to door) terhadap lingkungan sekitarnya seperti keluarga dan teman-temannya sampai keperan yang besar sekalipun seperti terjun langsung ke sebuah lingkungan dan menerapkan sistem ekonomi Islam dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan tersebut. Mahasiswa yang mengambil peran tersebut hendaknya bukan mahasiswa Fakultas Ekonomi atau mahasiswa yang mengambil studi ekonomi Islam saja, tapi juga dilakukan oleh mahasiswa secara keseluruhan tanpa memandang studi yang diambilnya. Karena untuk mewujudkan sebuah perubahan, diperlukan dukungan dari semua elemen pengusung perubahan itu sendiri (mahasiswa). Tetapi, untuk langkah awal pergerakan ini, tampaknya masih fokus dilakukan oleh mahasiswa yang memang memiliki latar belakang ilmu ekonomi.
5.      Kesejahteraan masyarakat yang baik dan berkurangnya angka kemiskinan bukanlah sesuatu yang mustahil diwujudkan bila ada kerja sama yang baik antara pakar dan praktisi ekonomi dengan mahasiswa dalam melakukan sosialisasi ekonomi kepada masyarakat luas dalam mengembangkan ekonom  kedepan. Mahasiswa adalah pemuda yang didalam dirinya mengalir darah-darah pejuang. Di dalam diri mahasiswa itu sendiri terdapat kekuatan yang besar untuk mengubah sebuah lingkungan menjadi lebih baik dari sebelumnya.


Dari penjelasan sebelumnya kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ilmu ekonomi ada sejak manusia ada tetapi pemikir kapitalismelah yang mengembangkannya pemikiran ilmu ekonomi tetapi tokoh klasik yaitu Adam Smith dikenal sebagai Bapak Ekonomi. Bila ilmu ekonomi dan filsafat dihubungkan keduanya sangat berhubungan Karena ilmu ekonomi masuk dalam pembagian filsafat ilmu sosial. Filsafat merupakan induk dari segala ilmu. Filsafat dan ilmu ekonomi memiliki objek masing dalam kajiannya.
Filsafat dan ilmu ekonomi sebenarnya jauh berbeda. Tetapi dalam perbedaan tersebut juga memilki saling berhubungan dan keterkaitan. Jadi sebagai seorang pendidik, kita diwajibkan untuk mengerti dan mengetahui kedua displin ilmu tersebut. Karena ilmu tersebut memberikan manfaat yang lauar biasa dalam kehidupan kita.


Daftar Pustaka

Winardi, Dr 1990. Ilmu Ekonomi dan Aspek-aspek metodologisnya.Bandung : Rineka Cipta
Achamandi, Asmoro 1994. Filsafat Umum. Semarang : PT. Raja Grafindo Persada
Surajiyo, Drs 2005. Ilmu Filsafat.Jakarta : Bumi Aksara
Sudarsono, Drs 2001 Ilmu Filsafat (Suatu Pengantar):Rineka Cipta
http://lets-belajar.blogspot.com/2007/09/aobjek-filsafat.html





Tidak ada komentar:

Posting Komentar