FILSAFAT ILMU
DISUSUN OLEH :
NAMA : FARIDA ARIANI
NIM : 1005065062
PRODI : PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2011
kATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 1
BAB I.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN............................................................................................................... 2
A. LATAR BELAKANG................................................................................... 2
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................... 3
C. TUJUAN
PENULISAN............................................................................................ 3
D. MANFAAT
PENULISAN................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN............................................................................................................... 4
A. SEJARAH
ILMU EKONOMI....................................................................... 4
B. OBJEK FORMAL DAN OBEJEK MATERIAL........................................ 16
1. FILSAFAT......................................................................................................... 16
2. ILMU EKONOMI................................................................................................ 18
C. KEDUDUKAN ILMU
EKONOMI DALAM FILSAFAT ILMU............................... 18
D. INTERAKSI ILMU
EKONOMI DENGAN ILMU-ILMU LAIN........................... 24
E. METODE ILMU
EKONOMI................................................................. 29
F. KEKUATAN DAN
KELEMAHAN ILMU EKONOMI..................................... 33
1. Kekuatan Ilmu
Ekonomi................................................................................... 33
2. Kelemaham Ilmu
Ekonomi..................................................................... 34
G. CARA
MEMPERBAIKI KELEMAHAN ILMU EKONOMI................................. 36
H. TANGGUNG JAWAB
KEILMUAN........................................................ 36
BAB III.......................................................................................... 38
PENUTUP........................................................................................................................ 38
A. Kesimpulan.......................................................................... 38
B. Saran....................................................................................................... 38
Daftar Pustaka............................................................................................. 39
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam perkembangannya, filsafat terus menemukan hal-hal baru
yang mengikuti dari masa ke masa. Sifat filsafat dapat ditunjukan dengan tiga pendekatan
yaitu pendekatan ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
Filsafat bukan monopoli segelintir orang. Bukan pula
monopoli bangsa-bangsa tertentu. Bukan juga monopoli zaman tertentu. Semua
manusia, segala suku bangsa yang hidup dizaman apa saja dapat berfilsafat.
Karena filsafat bertolak dari kejadian yang di alami setiap saat. Ketika orang
bertanya. Mulailah ia berfilsafat.
Filsafat muncul bersamaan dengan kemunculan manusia dalam
sejarah. Hewan tidak dapat berfilsafat, sebab hewan tidak dapat bertanya.
Manusia dapat bertanya sebab ia memiliki akal budi yang mampu mengambil jarak
dengan benda-benda dan segala sesuatu disekitarnya. Itulah sebabnya manusia
dijuluki hewan yang berakal budi (animal
rationale)
Kegiatan berfilsafat pada manusia
berawal dari rasa heran, kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan.Filsafat
timbul dari pengalaman sehari-hari. Jadi, setiap pengalaman manusia mengandung
kemungkinan untuk berfilsafat.
Mencermati dari perkembangan ilmu filsafat, berarti juga
mempelajari para filosof dengan berbagai pandangannya. Hal ini sama
dengan “Ilmu Ekonomi ataupun Ekonomi” kita akan mencermati pandangan para ahli
ekonomi mengenai Ilmu ekonomi atau Ekonomi melalui berbagai teori dan
pandanganya.
1.
Sejarah Ilmu Ekonomi
2.
Objek Formal dan Objek Materiil Ilmu
Ekonomi
3.
Kedudukan Ilmu Ekonomi dalam Filsafat
4.
Interaksi Ilmu Ekonomi dengan Ilmu-Ilmu
lainnya
5.
Metode-Metode Ilmu Ekonomi
6.
Kedudukan dan Kelemahan Ilmu Ekonomi
7.
Upaya Memperbaiki Kelemahan Ilmu Ekonomi
8.
Peranan Mahasiswa untuk Pengembangan
Ilmu Ekonomi
1.
Untuk dapat mengetahui, memahami dan
menjelaskan tentang perjalanan sejarah ilmu ekonomi dari awal terbentuknya
hingga sekarang.
2.
Untuk dapat mengetahui, memahami dan
menjelaskan tentang objek formal dan objek material dari filsafat dan ilmu
ekonomi.
3.
Untuk dapat mengetahui, memahami dan
menjelaskan tentang posisi atau kedudukan ilmu ekonomi dalam filsafat.
4.
Untuk dapat mengetahui, memahami dan
menjelaskan tentang bagaimana interaksi ilmu ekonomi dengan ilmu-ilmu lainnya.
5.
Untuk dapat mengetahui, memahami dan
menjelaskan tentang metode-metode yang dimiliki ilmu ekonomi.
6.
Untuk dapat mengetahui, memahami dan
menjelaskan tentang kekuatan dan kelemahan ilmu ekonomi.
7.
Untuk dapat memperkecil kelemahan-kelemahan
yang dimiliki ilmu ekonomi.
8.
Untuk dapat mengetahui, memahami dan
menjelaskan tentang peran kita sebagai mahasiswa pendidikan ekonomi terhadap
pengembangan ilmu ekonomi sebagai bentuk tanggung jawab keilmuaan.
Penulisan tugas
akhir ini bermanfaat untuk membantu berpikir lebih rasional, realistis dan
selektif mengenai berfilsafat dalam konteks ilmu ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN
KEDUDUKAN
ILMU EKONOMI DALAM FILSAFAT
Suatu
pemikiran kapitalisme
yang terlebih dahulu yang harus dilacak melalui sejarah perkembangan pemikiran
ilmu ekonomi
dari era Yunani
kuno sampai era sekarang. Aristoteles adalah yang pertama kali memikirkan tentang
transaksi ekonomi dan membedakan di antaranya antara yang bersifat
"natural" atau "unnatural". Transaksi natural terkait
dengan pemuasan kebutuhan dan pengumpulan kekayaan yang terbatasi jumlahnya
oleh tujuan yang dikehendakinya. Transaksi un-natural bertujuan pada pengumpulan
kekayaan yang secara potensial tak terbatas. Dia menjelaskan bahwa kekayaan
unnatural tak berbatas karena dia menjadi akhir dari dirinya sendiri ketimbang
sebagai sarana menuju akhir yang lain yaitu pemenuhan kebutuhan. Contoh dati
transaksi ini disebutkan adalah perdagangan moneter dan retail yang dia ejek
sebagai "unnatural" dan bahkan tidak bermoral. Pandangannya ini kelak
akan banyak dipuji oleh para penulis Kristen di Abad
Pertengahan.
Aristotles
juga membela kepemilikan pribadi yang menurutnya akan dapat memberi peluang
seseorang untuk melakukan kebajikan dan memberikan derma dan cinta sesama yang
merupakan bagian dari “jalan emas” dan “kehidupan yang baik ala Aristotles.
Chanakya
(c. 350-275 BC) adalah tokoh berikutnya. Dia sering mendapat julukan sebagai
Indian Machiavelli.
Dia adalah professor ilmu politik pada Takshashila University dari India kuno
dan kemudian menjadi Prime Minister dari kerajaan Mauryan yang dipimpin oleh
Chandragupta Maurya. Dia menulis karya yang berjudul Arthashastra (Ilmu
mendapatkan materi) yang dapat dianggap sebagai pendahulu dari Machiavelli's
The Prince. Banyak masalah yang dibahas dalam karya itu masih relevan sampai
sekarang, termasuk diskusi tentang bagaiamana konsep manajemen yang efisien dan
solid, dan juga masalah etika di bidang ekonomi. Chanakya juga berfokus pada
isu kesejahteraan seperti redistribusi kekayaan pada kaum papa dan etika
kolektif yang dapat mengikat kebersamaan masyarakat.
Tokoh
pemikir Islam juga memberikan sumbangsih pada pemahaman di bidang ekonomi. ibn
Khaldun dari Tunis (1332–1406) menulis masalah teori ekonomi dan politik dalam
karyanya Prolegomena, menunjukkan bagaimana kepadatan populasi adalah terkait
dengan pembagian tenaga kerja yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang
sebaliknya mengakibatkan pada penambahan populasi dalam sebuah lingkaran. Dia
juga memperkenalkan konsep yang biasa disebut dengan Khaldun-Laffer Curve
(keterkaitan antara tingkat pajak dan pendapatan pajak dalam kurva berbentuk
huruf U).
Perintis
pemikiran barat di bidang ekonomi terkait dengan debat scholastic theological
selama Middle Ages. Masalah yang penting adalah tentang penentuan harga barang.
Penganut Katolik
dan Protestan
terlibat dalam perdebatan tentang apa itu yang disebut “harga yang adil” di
dalam ekonomi pasar. Kaum skolastik Spanyol di abad
16 mengatakan bahwa harga yang adil tak lain adalah harga pasar umum dan mereka
umumnya mendukung filsafat laissez faire.
Selanjutnya
pada era Reformation pada 16th century, ide tentang perdagangan bebas muncul
yang kemudian diadopsi secara hukum oleh Hugo de Groot atau Grotius. Kebijakan
ekonomi di Europe selama akhir Middle Ages dan awal Renaissance adalah
memberlakukan aktivitas ekonomi sebagai barang yang ditarik pajak untuk para
bangsawan dan gereja.
Pertukaran
ekonomi diatur dengan hukum feudal seperti hak untuk mengumpulkan pajak jalan
begitu juga pengaturan asosiasi pekerja (guild) dan pengaturan religious dalam
masalah penyewaan. Kebijakan ekonomi seperti itu didesain untuk mendorong
perdagangan pada wilayah tertentu. Karena pentingnya kedudukan sosial,
aturan-aturan terkait kemewahan dijalankan, pengaturan pakaian dan perumahan
meliputi gaya yang diperbolehkan, material yang digunakan dan frekuensi
pembelian bagi masing-masing kelas yang berbeda.
Niccolò
Machiavelli dalam karyanya The Prince adalah penulis pertama yang menyusun
teori kebijakan ekonomi dalam bentuk nasihat. Dia melakukannya dengan
menyatakan bahwa para bangsawan dan republik harus membatasi pengeluarannya,
dan mencegah penjarahan oleh kaum yang punya maupun oleh kaum kebanyakan.
Dengan
cara itu maka negara akan dilihat sebagai “murah hati” karena tidak menjadi
beban berat bagi warganya. Selama masa Early Modern period, mercantilists
hampir dapat merumuskan suatu teori ekonomi tersendiri. Perbedaan ini tercermin
dari munculnya negara bangsa di kawasan Eropa Barat yang menekankan pada
balance of payments.
Tahap
ini kerap kali disebut sebagai tahap paling awal dari perkembangan modern
capitalism yang berlangsung pada periode antara abad 16th dan 18th, kerap
disebut sebagai merchant capitalism dan mercantilism. Babakan ini terkait
dengan geographic discoveries oleh merchant overseas traders, terutama dari
England dan Low Countries; European colonization of the Americas; dan
pertumbuhan yang cepat dari perdagangan luar negeri. Hal ini memunculkan kelas
bourgeoisie dan menenggelamkan feudal system yang sebelumnya.
Merkantilisme
adalah sebuah sistem perdagangan untuk profit, meskipun produksi masih
dikerjakan dengan non-capitalist production methods. Karl Polanyi berpendapat
bahwa capitalism belum muncul sampai berdirinya free trade di Britain pada
1830s.
Di
bawah merkantilisme, European merchants, diperkuat oleh sistem kontrol dari
negara, subsidies, and monopolies, menghasilkan kebanyakan profits dari
jual-beli bermacam barang. Dibawah mercantilism, guilds adalah pengatur utama
dari ekonomi. Dalam kalimat Francis Bacon, tujuan dari mercantilism
adalah :" Di antara berbagai mercantilist theory salah satunya adalah
bullionism, doktrin yang menekankan pada pentingnya akumulasi precious metals.
Mercantilists
berpendapat bahwa negara seharusnya mengekspor barang lebih banyak dibandingkan
jumlah yang diimport sehingga luar negeri akan membayar selisihnya dalam bentuk
precious metals. Mercantilists juga berpendapat bahwa bahan mentah yang tidak
dapat ditambang dari dalam negeri maka harus diimport, dan mempromosikan
subsidi, seperti penjaminan monopoli protective tariffs, untuk meningkatkan
produksi dalam negeri dari manufactured goods.
Para
perintis mercantilism menekankan pentingnya kekuatan negara dan penaklukan luar
negeri sebagai kebijakan utama dari economic policy. Jika sebuah negara tidak
mempunyai supply dari bahan mentahnnya maka mereka harus mendapatkan koloni
darimana mereka dapat mengambil bahan mentah yang dibutuhkan. Koloni berperan
bukan hanya sebagai penyedia bahan mentah tapi juga sebagai pasar bagi barang
jadi. Agar tidak terjadi suatu kompetisi maka koloni harus dicegah untuk
melaksanakan produksi dan berdagang dengan pihak asing lainnya.
Selama
the Enlightenment, physiocrats Perancis adalah yang pertama kali memahami
ekonomi berdiri sendiri. Salah satu tokoh yang terpenting adalah Francois
Quesnay. Diagram ciptaannya yang terkenal, tableau economique, oleh
kawan-kawannya dianggap sebagai salah satu temuan ekonomi terbesar setelah
tulisan dan uang. Diagram zig-zag ini dipuji sebagai rintisan awal bagi
pengembangan banyak tabel dalam ekonomi modern, ekonometrik, multiplier Keynes,
analisis input-output, diagram aliran sirkular dan model keseimbangan umum
Walras.
Tokoh
lain dalam periode ini adalah Richard Cantillon, Jaques Turgot, dan Etienne Bonnot de
Condillac. Richard Cantillon
(1680-1734) oleh beberapa sejarawan ekonomi dianggap sebagai bapak ekonomi yang
sebenarnya. Bukunya Essay on the Naturof Commerce ini General (1755, terbit
setelah dia wafat) menekankan pada mekanisme otomatis dalam pasar yakni
penawaran dan permintaan, peran vital dari kewirausahaan, dan analisis inflasi
moneter “pra-Austrian” yang canggih yakni tentang bagaimana inflasi bukan hanya
menaikkan harga tetapi juga mengubah pola pengeluaran.
Jaques Turgot (1727-81)
adalah pendukung laissez faire, pernah menjadi menteri keuangan dalam
pemerintahan Louis XVI dan membubarkan serikat kerja (guild), menghapus semua
larangan perdagangan gandum dan mempertahankan anggaran berimbang. Dia terkenal
dekat dengan raja meskipun akhirnya dipecat pada 1776. Karyanya Reflection on
the Formation and Distribution of Wealth menunjukkan pemahaman yang mendalam
tentang perekonomian. Sebagai seorang physiocrats, Turgot membela pertanian
sebagai sektor paling produktif dalam ekonomi. Karyanya yang terang ini
memberikan pemahaman yang baik tentang preferensi waktu, kapital dan suku
bunga, dan peran enterpreneur-kapitalis dalam ekonomi kompetetitif.
Etienne
Bonnot de Condillac (1714-80) adalah orang yang membela Turgot di saat-saat
sulit tahun 1775 ketika dia menghadapi kerusuhan pangan saat menjabat sebagai
menteri keuangan. Codillac juga merupakan seorang pendukung perdagangan bebas.
Karyanya Commerce and Government (terbit sebulan sebelum The Wealth of Nation,
1776) mencakup gagasan ekonomi yang sangat maju. Dia mengakui manufaktur
sebagai sektor produktif, perdagangan sebagai representasi nilai yang tak
seimbang dimana kedua belah pihak bisa mendapat keuntungan, dan mengakui bahwa
harga ditentukan oelh nilai guna, bukan nilai kerja.
Tokoh
lainnya, Anders Chydenius
(1729–1803) menulis buku The National Gain pada 1765 yang menerangkan ide
tentang kemerdekaan dalam perdagangan dan industri dan menyelidiki hubungan
antara ekonomi dan masyarakat dan meletakkan dasar liberalism, sebelas tahun
sebelum Adam Smith menulis hal yang sama namun lebih komprehensif dalamThe
Wealth of Nations. Menurut Chydenius, democracy, kesetaraan dan penghormatan
pada hak asasi manusia adalah jalan satu-satunya untuk kemajuan dan kebahagiaan
bagi seluruh anggota masyarakat.
Mercantilism
mulai menurun di Great Britain pada pertengahan 18th, ketika sekelompok
economic theorists, dipimpin oleh Adam Smith, menantang dasar-dasar
mercantilist doctrines yang berkeyakinan bahwa jumlah keseluruhan dari kekayaan
dunia ini adalah tetap sehingga suatu negara hanya dapat meningkatkan
kekayaannya dari pengeluaran negara lainnya. Meskipun begitu, di negara-negara
yang baru berkembang seperti Prussia dan Russia, dengan pertumbuhan
manufacturing yang masih baru, mercantilism masih berlanjut sebagai paham utama
meskipun negara-negara lain sudah beralih ke paham yang lebih baru.
Pemikiran
ekonomi modern biasanya dinyatakan dimulai dari terbitnya Adam Smith's The
Wealth of Nations, pada 1776, walaupun pemikir lainnya yang lebih dulu juga
memberikan kontribusi yang tidak sedikit. Ide utama yang diajukan oleh Smith
adalah kompetisi antara berbagai penyedia barang dan pembeli akan menghasilkan
kemungkinan terbaik dalam distribusi barang dan jasa karena hal itu akan
mendorong setiap orang untuk melakukan spesialisasi dan peningkatan modalnya
sehingga akan menghasilkan nilai lebih dengan tenaga kerja yang tetap. Smith's
thesis berkeyakinan bahwa sebuah sistem besar akan mengatur dirinya sendiri
dengan menjalankan aktivits-aktivitas masing-masing bagiannya sendiri-sendiri tanpa
harus mendapatkan arahan tertentu. Hal ini yang biasa disebut sebagai
"invisible hand" dan masih menjadi pusat gagasan dari ekonomi pasar
dan capitalism itu sendiri.
Smith
adalah salah satu tokoh dalam era Classical Economics dengan kontributor utama John
Stuart Mill and David Ricardo. John Stuart
Mill, pada awal hingga pertengahan abad 19th, berfokus pada "wealth"
yang didefinisikannya secara khusus dalam kaitannya dengan nilai tukar obyek
atau yang sekarang disebut dengan price.
Pertengahan
abad 18th menunjukkan peningkatan pada industrial capitalism, memberi
kemungkinan bagi akumulasi modal yang luas di bawah fase perdagangan dan
investasi pada mesin-mesin produksi. Industrial capitalism, yang dicatat oleh
Marx mulai dari pertigaan akhir abad 18th, menandai perkembangan dari the
factory system of manufacturing, dengan ciri utama complex division of labor
dan routinization of work tasks; dan akhirnya memantapkan dominasi global dari
capitalist mode of production.
Hasil
dari proses tersebut adalah Industrial Revolution, dimana industrialist
menggantikan posisi penting dari merchant dalam capitalist system dan
mengakibatkan penurunan traditional handicraft skills dari
artisans, guilds, dan journeymen. Juga selam masa ini, capitalism menandai
perubahan hubungan antara British landowning gentry dan peasants, meningkatkan
produksi dari cash crops untuk pasar lebih daripada yang digunakan untuk feudal
manor. Surplus ini dihasilkan dengan peningkatan commercial agriculture
sehingga mendorong peningkatan mechanization of agriculture.
Peningakatan
industrial capitalism juga terkait dengan penurunan mercantilism. Pertengahan
hingga akhir abad sembilan belas Britain dianggap sebagai contoh klasik dari
laissez-faire capitalism. Laissez-faire mendapatkan momentum oleh mercantilism
di Britain pada 1840s dengan persetujuan Corn Laws dan Navigation Acts. Sejalan
dengan ajaran classical political economists, dipimpin oleh Adam Smith dan
David Ricardo, Britain memunculkan liberalism, mendorong kompetisi dan
perkembangan market economy.
Pada
abad 19th, Karl
Marx menggabungkan berbagai aliran pemikiran meliputi distribusi sosial
dari sumber daya, mencakup karya Adam Smith, juga pemikiran socialism dan
egalitarianism, dengan menggunakan pendekatan sistematis pada logika yang
diambil dari Georg Wilhelm Friedrich Hegel untuk
menghasilkan Das Kapital. Ajarannya banyak dianut oleh mereka yang mengkritik
ekonomi pasar selama abad 19th dan 20th. Ekonomi Marxist berlandaskan pada
labor theory of value yang dasarnya ditanamkan oleh classical economists
(termasuk Adam
Smith) dan kemudian dikembangkan oleh Marx. Pemikiran Marxist beranggapan
bahwa capitalism adalah berlandaskan pada exploitation kelas pekerja:
pendapatan yang diterima mereka selalu lebih rendah dari nilai pekerjaan yang
dihasilkannya, dan selisih itu diambil oleh capitalist dalam bentuk profit.
Pada
akhir abad 19th, kontrol dan arah dari industri skala besar berada di tangan
financiers. Masa ini biasa disebut sebagai "finance capitalism,"
dicirikan dengan subordination proses produksi ke dalam accumulation of money
profits dalam financial system. Penampakan utama capitalism pada masa ini
mencakup establishment of huge industrial cartels atau monopolies; kepemilikan
dan management dari industry oleh financiers berpisah dari production process;
dan pertumbuhan dari complex system banking, sebuah equity market, dan
corporate memegang capital melalui kepemilikan stock. Tampak meningkat juga
industri besar dan tanah menjadi subject of profit dan loss oleh financial
speculators.
Akhir
abad 19th juga muncul "marginal revolution" yang meningkatkan dasar
pemahaman ekonomi mencakup konsep-konsep seperti marginalism dan opportunity
cost. Lebih lanjut, Carl Menger menyebarkan gagasan tentang kerangka kerja
ekonomi sebagai opportunity cost dari keputusan yang dibuat pada margins of
economic activity.
Akhir
19th dan awal 20th capitalism juga disebutkan segagai era "monopoly
capitalism," ditandai oleh pergerakan dari laissez-faire phase of
capitalism menjadi the concentration of capital hingga mencapai large
monopolistic atau oligopolistic holdings oleh banks and financiers, dan
dicirikan oleh pertumbuhan corporations dan pembagian labor terpisah dari
shareholders, owners, dan managers.
Pada
quarter terakhir abad 19th, kemunculan dari large industrial trusts mendorong
legislation di U.S. untuk mengurangi monopolistic tendencies dari masa ini.
Secara berangsur-angsur, U.S. federal government memainkan peranan yang lebih
besar dalam menghasilkan antitrust laws dan regulation of industrial standards
untuk key industries of special public concern. Pada akhir abad 19th, economic
depressions dan boom and bust business cycles menjadi masalah yang tak
terselesaikan. Long Depression dari 1870s dan 1880s dan Great Depression dari
1930s berakibat pada nyaris keseluruhan capitalist world, dan menghasilkan
pembahasan tentang prospek jangka panjang capitalism. Selama masa 1930s,
Marxist commentators seringkali meyakinkan kemungkinan penurunan atau kegagalan
capitalism, dengan merujuk pada kemampuan Soviet Union untuk menghindari akibat
dari global depression.
Macroeconomics
mulai dipisahkan dari microeconomics oleh John Maynard Keynes pada 1920s, dan
menjadi kesepakatan bersama pada 1930s oleh Keynes dan lainnya, terutama John
Hicks. Mereka mendapat ketenaran karena gagasannya dalam mengatasi Great
Depression. Keynes adalah tokoh penting dalam gagasan pentingnya keberadaaan
central banking dan campur tangan pemerintah dalam hubungan ekonomi. Karyanya
"General Theory of Employment, Interest and Money" menyampaikan
kritik terhadap ekonomi klasik dan juga mengusulkan metode untuk management of
aggregate demand. Pada masa sesudah global depression pada 1930s, negara
memainkan peranan yang penting pada capitalistic system di hampir sebagian
besar kawasan dunia. Pada 1929, sebagai contoh, total pengeluaran U.S.
government (federal, state, and local) berjumlah kurang dari sepersepuluh dari
GNP; pada 1970s mereka berjumlah mencapai sepertiga. Peningkatan yang sama
tampak pada industrialized capitalist economies, sepreti France misalnya, telah
mencapai ratios of government expenditures dari GNP yang lebih tinggi
dibandingkan United States. Sistem economies ini seringkali disebut dengan "mixed
economies."
Banyak
economists menggunakan kombinasi dari Neoclassical microeconomics dan Keynesian
macroeconomics. Kombinasi ini, yang sering disebut sebagai Neoclassical
synthesis, dominan pada pengajaran dan kebijakan publik pada masa sesudah World
War II hingga akhir 1970s. pemikiran neoclassical mendapat bantahan dari
monetarism, dibentuk pada akhir 1940s dan awal 1950s oleh Milton
Friedman yang dikaitkan dengan University of Chicago dan juga supply-side
economics.
Pada
akhir abad 20th terdapat pergeseran wilayah kajian dari yang semula berbasis
price menjadi berbasis risk, keberadaan pelaku ekonomi yang tidak sempurna dan
perlakuan terhadap ekonomi seperti biological science, lebih menyerupai norma
evolutionary dibandingkan pertukaran yang abstract. Pemahaman akan risk menjadi
signifikan dipandang sebagai variasi price over time yang ternyata lebih
penting dibanding actual price. Hal ini berlaku pada financial economics dimana
risk-return tradeoffs menjadi keputusan penting yang harus dibuat.
Masa
postwar boom yang lama berakhir pada 1970s dengan adanya economic crises
experienced mengikuti 1973 oil crisis. “stagflation” dari 1970s mendorong banyak
economic commentators politicians untuk memunculkan neoliberal policy diilhami
oleh laissez-faire capitalism dan classical liberalism dari abad 19th, terutama
dalam pengaruh Friedrich Hayek dan Milton Friedman. Terutama, monetarism,
sebuah theoretical alternative dari Keynesianism yang lebih compatible dengan
laissez-faire, mendapat dukungan yang meningkat increasing dalam capitalist
world, terutama dibawah kepemimpinan Ronald
Reagan di U.S. dan Margaret Thatcher di UK pada 1980s.
Area
perkembangan yang paling pesat kemudian adalah studi tentang informasi dan
keputusan. Contoh pemikiran ini seperti yang dikemukakan oleh Joseph
Stiglitz. Masalah-masalah ketidakseimbangan informasi dan kejahatan moral
dibahas disini seperti karena memengaruhi modern economic dan menghasilkan
dilema-dilema seperti executive stock options, insurance markets, dan
Third-World debt relief.
Daftar Tokoh Ekonomi
1.
Xenophon(440-355
B.C.)
2.
Aristotle
(384-322 B.C.)
3.
Aquinas,St.Thomas
(1225-1274)
4.
Oresme,
Nicholas (1320-1382)
5.
More,
Sir Thomas (1478-1535)
6.
Bodin,
Jean (1530-1596)
7.
Mun,
Thomas (1571-1641)
8.
Montchrétien,
Antoine de (1575-1621)
9.
Malynes,
Gerald de (1586-1641)
10. Hobbes, Thomas (1588-1679)
11. Misselden, Edward (1608-1654)
12. Colbert, Jean Baptise (1619-1683)
13. Petty, Sir William (1623-1687)
14. Child, Sir Josiah (1630-1699)
15. Locke, John (1632-1704)
16. Vauban, Marshal SĂ©bastien(1633-1707)
17. North, Sir Dudley (1641-1691)
18. Newton, Sir Isaac (1642-1727)
19. Boisguillebert, Pierre le Pesant (1646-1714)
20. Davenant, Charles (1656-1714)
21. De Moivre, Abraham (1667-1754)
22. Mandeville, Bernard de (1670-1733)
23. Law, John (1671-1729)
24. Cantillon, Richard (1680-1734)
25. Montesquieu,Charles Louis de Secondat (1689-1755)
26. Zincke, Georg Heinrich (1692-1768)
27. Hutcheson, Francis (1694-1746)
28. Quesnay, François (1694-1774)
29. Bernouilli, Daniel (1700-1782)
30. Bayes, Reverend Thomas (1702-1761)
31. Hume, David (1711-1776)
32. Steuart, Sir James (1712-1780)
33. Mireabeau, Victor de Riqueti, Marquis de (1715-1789)
34. De la Rivière, Mercier (1720-1794)
35. Smith, Adam (1723-1790)
36. Turgot, Robert Jacques (1727-1781)
37. Galiani, Abbé (1728-1787)
38. Borda, Jean Charles (1733-1799)
39. du Pont de Nemours, Pierre Samuel (1739-1817)
40. Condorcet, Marquis de (1743-1794)
41. Bentham, Jeremy (1748-1832)
42. Legendre, Adrien Marie (1752-1833)
43. Godwin, William (1756-1836)
44. Saint-Simon, Comte Henri de (1760-1825)
45. Babeuf, François (1764-1797)
46. Malthus, Thomas R. (1766-1834)
47. Say, Jean-Baptiste (1767-1832)
48. Hegel, Georg Friedrich (1770-1831)
49. Owen, Robert (1771-1858)
50. Fourier, Charles (1772-1837)
51. Ricardo, David (1772-1823)
52. Sismondi, Jean Charles (1773-1842)
53. Gauss, Carl Friedrich (1777-1855)
54. Von ThĂĽnen, Johann Heinrich (1780-1850)
55. Poisson, Siméon Denis (1781-1840)
56. Hodgskin, Thomas (1787-1869)
57. List, Friedrich (1789-1846)
58. Senior, Nassau William (1790-1864)
59. Carey, Henry Charles (1793-1879)
60. Quetelet, Adolphe (1796-1874)
61. Walker, Amasa (1799-1875)
62. Bastiat, Frédéric (1801-1850)
63. Cournot, Antoine Augustin (1801-1877)
64. Dupuit, A.J.E. ( 1804-1866)
65. Mill, John Stuart (1806-1873)
66. Proudhon, Pierre-Joseph (1809-1865)
67. Gossen, Hermann Heinrich (1810-1858)
68. Hildebrand, Bruno (1812-1878)
69. Blanc, Louis (1813-1882)
70. Roscher, Wilhelm (1817-1894)
71. Marx, Karl (1818-1883)
72. Juglar, Clément (1819-1905)
73. Knies, Karl Gustav (1821-1898)
74. Bertrand, Joseph Louis François(1822-1900)
75. Galton, Francis (1822-1911)
76. Cairnes, John Elliot (1824-1875)
77. Lassalle, Ferdinand (1825-1864)
78. Bagehot, Walter (1826-1877)
79. Perry, Arthur Latham (1830-1905)
80. Walras, Marie Esprit LĂ©on (1834-1910)
81. Jevons, William Stanley (1835-1882)
82. Wagner, Adolf (1835-1917)
83. Schmoller, Gustav (1838-1917)
84. George, Henry (1839-1897)
85. Menger, Carl (1840-1921)
86. Walker, Francis A. (1840-1897)
87. Marshall, Alfred (1842-1924)
88. Brentano, Ludwig Joseph (1844-1931)
89. Wicksteed, Philip (1844-1927)
90. Edgeworth, Francis Ysidro (1845-1926)
91. Clark, John Bates (1847-1938)
92. Pareto, Vilfredo (1848-1923)
93. Böhm-Bawerk, Eugen (1851-1914)
94. Wicksell, Johann Gustaf Knut (1851-1926)
95. Wieser, Friedrich Freiherr von (1851-1926)
96. Toynbeee, Arnold (1852-1883)
97. Pearson, Karl (1857-1936)
98. Veblen, Thorstein (1857-1929)
99. Hobson, John A. (1858-1940)
100. Commons, John R. (1862-1945)
101. Cassel, Gustav (1866-1945)
102. Fisher, Irving (1867-1947)
103. Lenin, Vladimir Ilyich Ulyanov (1870-1924)
104. Yule, George Udny (1871-1951)
105. Mitchell, Wesley Clair (1874-1948)
106. Young, Allyn (1876-1929)
107. Hilferding, Rudolf (1877-1941)
108. Pigou, Alfred Cecil (1877-1959)
109. Hawtrey, Ralph G. (1879-1971)
110. Heckscher, Eli F. (1879-1952)
111. Slutsky, Evgeny Evgenievich(1880-1948)
112. Mises, Ludwig von (1881-1973)
113. Keynes, John Maynard (1883-1946)
114. Schumpeter, Joseph A. (1883-1950)
115. Knight, Frank H. (1885-1972)
116. Hayek, Friedrich August von (1889-1992)
117. Lindahl, Erik (1891-1960)
118. Kondratieff, Nikolai Dimitri (1892-1938)
119. Frisch, Ragnar (1895-1973)
120. Hotelling, Harold (1895-1973)
121. Myrdal, Gunnar (1898-1987)
122. Kalecki, Michael (1899-1970)
123. Ohlin, Bertil (1899-1979)
124. Harrod, Roy F. (1900-1978)
125. Kuznets, Simon (1901-1985)
126. Morgenstern, Oskar (1902-1976)
127. Tinbergen, Jan (1903-1994)
128. Neumann, John von (1903-1957)
129. Hicks, John R. (1904-1989)
130. Kahn, Richard F. (1905-1989)
131. Georgescu-Roegen,Nicholas (1906-1994)
132. Meade, James E. (1907-1995)
133. Nurkse, Ragnar (1907-1959)
134. Kaldor, Nicholas (1908-1986)
135. Koopmans, Tjalling C. (1910-1986)
136. Kantorovich, Leonid (1912-1986)
137. Lewis, Sir W. Arthur (1915-1990
Ilmu
sebagai objek kajian filsafat sepatutnya mengikuti alur filsafat, yaitu objek
material yang didekati lewat pendekatan radikal, menyeluruh dan rasional.
Begitu juga sifat pendekatan spekulatif dalam filsafat sepatutnya merupakan
bagian dari ilmu karenanya ilmu dilihat pada posisi yang tidak mutlak, sehingga
masih ada ruang untuk berspekulasi demi pengembangan ilmu itu sendiri.
Objek
filsafat adalah segala sesuatu yang maujud dalam sudut pandang dan kajian yang
mendalam (radikal). Secara lebih sistematis para ahli membagi objek filsafat ke
dalam objek material dan obyek formal. Filsafat sebagai proses berfikir yang
sistematif dan radikal juga memiliki objek material dan objek formal.
ĂĽ Objek
Material
Objek
material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, yang meliputi : ada dalam
kenyataan, ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan (Lasiyo dan
Yuwono, 1994:6).Sebagian filosof membagi objek material filsafat atas tiga
bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran dan yang ada
dalam kemungkinan.
Objek material
adalah suatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah
objek material ilmu kedokteran.
Obyek
material filsafat ilmu sama dengan obyek material beberapa ilmu lain seperti
sejarah ilmu, psikologi ilmu, atau sosiologi ilmu. Semuanya mempelajari
ilmu-ilmu. Misalnya, psikologi ilmu adalah cabang psikologi yang memberikan
penjelasan tentang proses-proses psikologis yang menunjang ilmu. Hasil
penelitian bidang ini dapat merumuskan pentingnya faktor psikologis pada
kreativitas proses penyusunan hipotesis ilmiah. Demikian juga unsur psikologis
dalam persepsi, khususnya persepsi pada observasi ilmiah. Isi filsafat
ditentukan oleh apa yang dipikirkan. Menurut Dardiri, terdapat tiga kategori,
yaitu:
1. Tipikal/sungguh
ada dalam kenyataan (misal: meja yang tampak nyata)
2. Ada
dalam kemungkinan (misal: ayam dari telur)
3. Dalam
pikiran/konsep (misal: angka)
Menurut Endang Saefudin Anshori
(1981) objek material filsafat adalah sarwa yang ada (segala sesuatu yang
berwujud), yang pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok
yaitu :
1. Hakekat Tuhan
2. Hakekat Alam
3. Hakekat manusia
ĂĽ Objek Formal
Obyek formal adalah objek yang menyangkut sudut pandang
dalam melihat obyek material tertentu. Objek formal filsafat ialah usaha
mencari keterangan secara radikal terhadap objek material filsafat. Dengan
demikian objek material filsafat mengacu pada substansi yang ada dan mungkin
ada yang dapat difikirkan oleh manusia, sedangkan objek formal filsafat
menggambarkan tentang cara dan sifat berfikir terhadap objek material tersebut,
dengan kata lain objek formal filsafat mengacu pada sudut pandang yang
digunakan dalam memikirkan objek material filsafat.
Objek
formal filsafat adalah hakikat dari segala sesuatu yang ada
(Lasiyo dan Yuwono, 1994 : 6). Sistematika Filsafat Sebagaimana pengetahuan yang lain, filsafat telah mengalami perkembangan yang pesat yang ditandai dengan bermacam-macam aliran dan cabang
(Lasiyo dan Yuwono, 1994 : 6). Sistematika Filsafat Sebagaimana pengetahuan yang lain, filsafat telah mengalami perkembangan yang pesat yang ditandai dengan bermacam-macam aliran dan cabang
Objek
formal filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar tinjauan filosofis, yaitu secara
ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Obyek formal Filsafat Ilmu ialah asal
usul, struktur, metode, dan validitas ilmu. Dalam kaitan dengan ini, C.A. van
Peursen menyebutkan adanya dua kecenderungan dalam filsafat ilmu, yakni
tendensi metafisik dan metodologik. Pada tendensi metafisik, filsafat ilmu
misalnya bertanya apakah ruang yang digunakan ilmu ukur itu merupakan suatu
yang sungguh-sungguh ada sebagai ruang mutlak atau hanya skematisasi yang
dipaksakan pada gejala-gejala oleh pengamatan manusia? Filsafat ilmu juga
mempertanyakan bagaimana peranan hukum sebab-akibat dalam realitas alam. Juga
diselidiki misalnya: bagaimana sifat pengetahuan yang mendasari ilmu? Apakah
gejala historis dapat ditampilkan dalam suatu ilmu berdasarkan alsan-alasan
obyektif? Menyangkut tendensi metodologik, filsafat ilmu memusatkan perhatian
pada data relevan dan konstruksi argumentasi yang sahih.
Setiap ilmu
memiliki objek yang terdiri dari dua macam, yaitu objek material dan objek
formal. Objek material adalah fenomena di dunia ini yang menjadi bahan kajian
ilmu, sedangkan objek formal adalah pusat perhatian ilmuwan dalam mengkaji
objek material. Objek material suatu ilmu dapat dan boleh sama dengan objek
material ilmu yang lain. Tetapi objek formalnya tidak akan sama. Bila objek
formalnya sama maka sebenarnya mereka merupakan ilmu yang sama tetapi diberi
sebutan berbeda.
Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan
menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidak-seimbangan
antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya
terbatas. Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan (Ingg:
scarcity).
ĂĽ Objek
Material
Objek
material ekonomi adalah manusia sebagai causa efisiensi. Atas dasar pandangan
manusia menyebabkan terjadinya peristiwa sosial dan ekonomis. Selanjutnya
terdapat uang, modal, ataupun badan-badan yang terlibat dalam kegiatan
perekonomian itu ekonomi.
ĂĽ Objek
Formal
Objek formal ekonomi adalah cara-cara serta
tindakan-tindakan yang dapat ditempuh oleh manusia didalam mengalokasikan
sumber-sumber yang ada. Seperti telah diketahui bahwa objek formal adalah sudut
pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan
itu atau sudut dari mana objek material itu disorot.
Filsafat ilmu diperkenalkan sekitar abad XIX oleh sekelompok
ahli ilmu pengetahuan dari universitas wina. Para ahli ilmu pengetahuan yang
dipelopori oleh Moris Schlick membentuk suatu perkumpulan yang disebut Wina
circle untuk menyatukan semua disiplin ilmu (kimia,fisika,matematika) pada
suatu bahasa ilmiah dan cara bekerja ilmiah yang pasti dan logis. Bidang
keilmuan membutuhkan proses kerja ilmiah yang relevan dengan pokok perhatian
yang lebih spesifik. Karena itu saat ini filsafat ilmu sudah semakin berkembang
dan menjadi filsafat modern yang dibutuhkan dalam setiap ilmu.
Pengertian
IPA Menurut Para Ahli :
1. Fisher
Science adalah
kumpulan pengetahuan yang diperoleh
dengan menggunakan metode-metode
yang berdasarkan observasi.
2. Carin
Science adalah suatu kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara
sistematik, yang di
dalam penggunaannya secara
umum terbatas pada
gejala-gejala alam.
Perkembangan science tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan fakta
saja, tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap
ilmiah.
3. Nash seorang
ahli kimia, menekanakan
bahwa science adalah
suatu proses atau suatu cara untuk meneropong dunia.
4. Wigner seorang
ahli fisika mendefinisikan science
sebagai gudang / penyimpanan
tentang gejala-gejala alam.
5. T.H.
Huxley, seorang ahli biologi
Science adalah
pikiran sehat yang
diorganisir. Secara tepat
pernyataan yang mudah
dimengerti ini melukiskan
kewajaran dan kemasukakalan
(rasionalitas) pengetahuan
ilmiah sehingga dapat membantu melenyapkan beberapa
ilmu sihir (mistik) yang sering melingkupi science.
Pembagian Ilmu Alam Atau Ilmu
Pengetahuan alam
1.
Astronomi
2.
Biologi
3.
Ekologi
4.
Fisika
5.
Geologi
7.
Ilmu
bumi
8.
Kimia
Pengertian
IPS Menurut Para Ahli :
1. Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan
IPS adalah merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary
Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari
berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya,
psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal
ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan hasil
kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran
seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.
2. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
hanyalah sebuah program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri,
sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin
ilmu-ilmu sosial (social sciences), maupun ilmu pendidikan (Somantri, 2001 :
89). Social Science Education Council (SSEC) dan National Council for Social
Studies (NCSS) menyebut IPS sebagai "Social Science Education" dan
"Social Studies".
Pembagian
Ilmu Sosial Atau Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu
Sosial :
1. Hukum
2. Ekonomi
A.
Ekonomi
Murni
B.
Ekonomi
Terapan
3.
Komunikasi
4.
Sejarah :
A. Kronologi
B. Histrografi
C. Genealogi
D. Paleagrafi
E. Kliometik
5. Geografi
:
A. Geografi
Fisik
B. Geografi
Regional
6. Sosiologi
:
A. Sosiologi
Pendidikan
B. Sosiologi
Agama
C. Sosiologi
Hukum
D. Sosiologi
Pembangunan
E. Sosiologi
Politik
F. Sosiologi
Perkotaan
G. Sosiologi
Keluarga
H. Sosiologi
Industri
I. Sosiologi
Pedesaan
J. Sosiologi
Kesehatan
7. Antropologi
:
A. Fisik
B. Budaya
8. Politik
9. Pendidikan
:
A. Pendidikan
Teotoris
B. Pendidikan
Praktis :
1. Seni
mendidik
2. Bimbingan
dan Penyuluhan
3. Pedogogik
4. Andragogi
5. Ortopedagogik
6. Agama
7. Kepribadian
8. Intelektual
9. Jasmani
10. Kesehatan
11. Wirausaha
12. Kejuruan
13. Penidikan
Ilmu lainnya
C. Filsafat
Pendidikan
D. Sejarah
Pendidikan
10. Psikologi
Filsafat itu selalu bersifat
"filsafat tentang" sesuatu yang tertentu karena filsafat bertanya
tentang seluruh kenyataan. Contohnya filsafat tentang manusia, filsafat alam,
filsafat kebudayaan, filsafat seni, filsafat agama, filsafat bahasa, filsafat
sejarah, filsafat hukum, filsafat pengetahuan dan seterusnya. Seluruh jenis
filsafat tersebut dapat dikembalikan lagi kepada empat bidang induk, seperti
dalam skema ini.
Epistemologi
|
:
|
pengetahuan tentang pengetahuan
|
Logika
|
:
|
menyelidiki aturan-aturan yang
harus diperhatikan supaya berpikir sehat
|
Kritik ilmu-ilmu
|
:
|
menyelidiki titik pangkal, metode
dan objek dari ilmu-ilmu
|
Ontologi
|
:
|
pengetahuan tentang "semua
pengada sejauh mereka ada"
|
Teologi metafisik
|
:
|
(disebut juga teodise atau
filsafat ketuhanan) berbicara tentang pertanyaan apakah Tuhan ada dan
nama-nama tentang ilahi
|
Antropologi
|
:
|
berbicara tentang manusia
|
Kosmologi
|
:
|
(disebut juga filsafat alam)
berbicara tentang alam, kosmos
|
Etika
|
:
|
(disebut juga filsafat moral)
berbicara tentang tindakan manusia
|
Estetika
|
:
|
(disebut juga filsafat seni)
menyelidiki mengapa sesuatu dialami sebagai indah
|
Sejarah filsafat
|
:
|
mengajarkan apa jawaban
pemikir-pemikir sepanjang zaman
|
Struktur pengetahuan filsafat terbagi
menjadi tiga bidang yaitu :
1.
Filsafat sistematis
A. Metafisika
B. Epistomologi
C. Logika
D. Etika
E. Etstetika
2. Filsafat
khusus
A. Filsafat
seni
B. Filsafat
kebudayaan
C. Filsafat
penididikan
D. Filsafat sejarah
E. Filsafat
bahasa
F. Filsafat
hukum
G. Filsafat
budi
H. Filsafat
politik
I. Filsafat
agama
J. Filsafat
kehidupan sosial
3.
Filsafat keilmuan
A. Filsafat
matematik
B. Filsafat
ilmu-ilmu fisik
C. Filsafat
biologi
D. Filsafat linguistik
E. Filsafat
psikologi
F. Filsafat
ilmu-ilmu sosial
Dalam pembagian pohon ilmu filsafat dalam
disimpulkan bahwa Ilmu Ekonomi termasuk dalam ilmu pengetahuan sosial.
Ilmu
ekonomi berhubungan dengan ilmu-ilmu lainya. Pada dasarnya ilmu ekonomi
mencakup pada ilmu-ilmu lainnya. Tanpa kita sadari ilmu yang satu dengan ilmu
lainnya saling berkaitan.
1.
Interaksi
ilmu ekonomi dengan ilmu agama
Di Barat sendiri belakang ini memang
diakui kajian tentang hubungan agama dan ekonomi sangat sedikit kalau tidak
bisa dibilang hampir tidak ada. Namun bukan tidak ada. Adam Smith dalam buku
pertamanya sebenarnya menganggap unsur agama punya peran dalam bidang ekonomi.
Dalam hal ini agama dia sebut dengan istilah 'moral suasion'. Ia menyatakan
bahwa aspek moral harus mewarnai dan berperan dalam ekonomi.
Namun berikutnya dalam bukunya yang
kedua yang lebih terkenal 'The Wealth of Nation' aspek agama akhirnya hilang
namun masih tetap ada fungsi yang hilang itu yang diganti dengan nama
'invisible hand'. Sebagaimana kita ketahui pada akhirnya dalam teori, model,
dan kebijakan ekonomi, keuangan perbankan, peran dan nilai agama sama sekali
dihilangkan.
Lipset, Bendix dan Weller menemukan
hubungan signifikan antara agama dengan sikap dan prilaku ekonomi seseorang.
Gordon Woodbine dan Tungsten Chou (2003) melihat hubungan antara afiliasi agama
dengan persepsi mahasiswa terhadap etika konsumen. Mereka menyimpulkan pemeluk
Islam lebih memiliki komitmen terhadap etika dibandingkan dengan pemeluk Buddha
dan Kristen. Pemeluk Buddha lebih komit terhdap etika dibandingkan Kristen.
Memang Emile Durkheim (1933)
menyatakan bahwa semakin sejahtera ekonomi suatu bangsa semakin berkurang
peranan agama. Namun dari sisi lain sejalan dengan perkembangan masyarakat,
Naisbitt (1996) meramalkan adanya kebangkitan spirit agama dimasa yang akan
datang. Syahdan, dengan semakin kelihatannya kebobrokan kapitalisme dan
munculnya berbagai sistem alternatif baik dalam lingkup kapitalisme yang
dinilai memiliki nuansa yang lebih humanis maupun yang berasal dari luarnya
seperti pemikiran radikalis (sosialis, komunis) dan Islam yang lebih adem
menyebabkan perhatian kepada agama ini semakin meningkat. Ini bukan saja di
kalangan Islam tapi juga di kalangan Katolik, Kristen, Yahudi, Buddha, Hindu
dan lain lain. Pemeluk agama ini juga mencoba merumuskan posisi mereka dalam
bidang ekonomi.
Islam sejak awal tidak pernah
memisahkan aspek agama dan non-agama termasuk dengan kegiatan ekonomi. Oleh
karena itulah maka Islam selalu menjadi target sasaran tembak kapitalisme dan
antek-anteknya yang ingin mempertahankan hegemoninya di bumi Allah. Islam
selalu menempatkan Tuhan sebagai penguasa dan sumber kebenaran yang dianggap
lebih baik daripada teori dan nilai rumusan manusia yang merupakan ciptaan
Tuhan dengan segala keterbatasannya. Tidak terkecuali dibidang ekonomi.
2.
Interaksi
ilmu ekonomi dengan ilmu hukum
Seiring dengan kemajuan zaman terutama kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi semakin banyak muncul spesialisasi, contoh yang mudah
diketahui adalah di bidang kedokteran. Kalau dulu hanya dikenal dokter
spesialis bedah maka sekarang bedah itu pun sudah terbagi-bagi. Demikian pula
dalam ilmu-ilmu lain, termasuk ilmu hukum adan ilmu ekonomi.
Akan tetapi seiring dengan hal-hal di atas sesungguhnya
telah terjadi juga semakin keterkaitan bahkan ketergantungan antara satu ilmu
dengan ilmu lain. Ilmu hukum tidak dapat lagi berjalan sendiri melainkan
harus bergandengan tangan beriringan dengan ilmu-ilmu lain seperti sosiologi,
antropologi, kedokteran, psikologi, kriminologi, ekonomi, dan lain-lain.
Khusus mengenai ekonomi, pada saat ini dapat dikatakan tidak
ada lagi kegiatan ekonomi yang tidak berkaitan dengan hukum. Sebaliknya tidak
ada lagi kegiatan hukum yang tidak beraspek ekonomi. Dengan demikian pemahaman
kedua ilmu itu secara menyeluruh sudah menjadi kebutuhan bersama. Dengan kata
lain, seseorang yang mempelajari hukum seharusnya mempelajari ekonomi juga,
demikian juga sebaliknya
3.
Interaksi ilmu ekonomi dengan ilmu
sosiologi
Pada mulanya, pada periode dominasi
pemikiran-pemikiran filosofis, kegiatan ekonomi dan perilaku sosial tidak dapat
dibedakan. Keduanya merupakan sebuah kesatuan. Namun seiring peradaban manusia
yang semakin maju dan kompleks dengan segala variasinya, ilmu pengetahuan
semakin spesifik dan terspesialisasi, ekonomi pun mulai terpisah dari ilmu
sosial lainnya.
Ilmu
ekonomi mempelajari usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka
ragam dengan keterbatasan barang dan jasa yang tersedia. Misalnya ilmu ekonomi
berusaha memecahkan persoalan yang timbul karena tidak seimbangnya persediaan
pangan dengan jumlah penduduk, serta mempelajari usaha menaikkan produksi guna
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Adapun
sosiologi mempelajari unsur-unsur kemasyarakatan secara keseluruhan. Sosiologi
mempelajari bagaimana manusia berinteraksi, bekerjasama, bersaing dalam
upaya-upaya pemenuhan kebutuhan Meskipun sosiologi juga menempatkan manusia dan masyarakat
sebagai objek material bersama dengan ekonomi, namun ia (sosiologi) memiliki
perangkat dan wilayah analisis yang berbeda dengan ilmu ekonomi. Sosiologi
berusaha memberikan kategorisasi, diferensiasi, simplifikasin dan generalisasi
terhadap fakta sosial yang diamati.
Dengan demikian dapat disusun
variabel-variabel yang dapat dioperasionalisasikan dalam analisis.
Elemen-elemen observasinya berupa regularitas, orientasi sosial individu dan
kelompok, struktur sosial, sanksi-sanksi, norma-norma, dan nilai-nilai.
4. Interaksi ilmu ekonomi dengan ilmu
politik
Ilmu
politik dan Ekonomi sejak dulu sampai sekarang selalu sangat erat hubungannya.
Dalam setiap tindakan politik ada aspek ekonominya, demikian pula struktur
perekonomian suatu masyarakat dapat mempengaruhi lembaga-lembaga politik yang
sudah ada.
Jika
ditinjau dari segi kehidupan masyarakat pengaruh ilmu politik dan ekonomi jelas
saling bergantung, keduanya saling membutuhkan, bisa dikatakan salah satu
diantara keduanya tidak bisa berjalan tampa iringan satu sama lain. Maka
lazimya untuk mempelajari kedua pelajaran ini amat terkait dan terhubung.
Para
pemikir terdahulu menganggap ilmu ekonomi sebagai cabang dari ilmu politik,
dari sinilah muncul nama atau gelar ilmu ekonomi politik. Karena dimasa itu
pokok urusan ketertiban finansial dilihat atau diambil dari sumber penghasilan
Negara, Sedangkan sekarang pemikiran tersebut telah berubah. Ilmu ekonomi
dinyatakan independent dan terpisah dari pelajaran politik, dimana pelajaran
ini mengajarkan masyarakat untuk berusaha, bagaimana,dimana, apa dan gimana
mengatur dan memperoleh kekayaan. Singkatnya ekonomi adalah ilmu kekayaan.
Golongan
dan grup ekonomi disetiap Negara terlaksana terus menerus dimana tertekan dalam
administrasi untuk perlindungan dan kekayaan. Demikian pula, penggunaan kondisi
ilmu ekonomi memiliki pengaruh besar dalam cita- cita perpolitikan dan
institusi, Contohnya: adanya revolusi yang menimbulkan cita- cita kemerdekaan
perseorangan, demokrasi, sosialisme dan komunis.
Ekonomi berpengaruh dalam politik hanya dibeberapa titik
saja, dimana titik penghasilan dan penyaluran dari kekayaan sangatlah besar
pengaruhnya didalam pemerintahan. Bahkan juga disebabkan dari berbagai
penyelesaian permasahan yang memang lazim timbul didalam Bernegara.
5. Interaksi ilmu ekonomi dengan ilmu
administrasi
Ilmu
administrasi dan ilmu ekonomi sangat erat kaitannya, saling melengkapi, dan
seiring antara satu dengan yang lainnya. Dilihat dari prinsip kedua ilmu ini
berintikan pada dua hal yaitu, efisiensi dan efektivitas. Administrasi dapat
menjadi alat ekonomi sebagai pencapaian tujuan begitupun sebaliknya ekonomi
dapat menggunakan ilmu administrasi sebagai alat hingga tercapainya tujuan yang
telah direncanakan.
Contohnya
keseragaman penelaahan tentang sebuah perusahaan, lembaga ekonomi, organisasi
sebuah perusahaan, seperti C.V., Firma, dan sebagainya, pengaturan keuangan,
fiskal, dan penganggaran (budgeting),
Dalam bidang tersebut kedua ilmu ini saling mempengaruhi, mengisi dan
melengkapi satu sama lain, ilmu ekonomi juga menyumbangkan teori-teori
peramalan (forecasting) dan
pengambilan keputusan (decision
making), hal ini dapat dilihat dari bagaimana ilmu ekonomi memberikan
masukan kepada administrator tentang bagaimana memaksimalkan sumber daya dengan
cara-cara yang efektif untuk menyesuaikan dengan keadaan luar dan melalui
pemberian input dan perbaikan pembuatan keputusan.
6. Interaksi ilmu ekonomi dengan ilmu
antropologi
Ilmu Ekonomi yang mengkaji fenomena
ekonomi modern lebih didasari oleh pemikiran-pemikiran Barat atau Ero-Eropa.
Persoalannya adalah bilamana pemikiran-pemikiran ekonomi diterapkan pada setiap
masyarakat terutama masyarakat yang masih sederhana atau negara terutama
negaranegara berkembang tidak selamanya akan sesuai karena dilatarbelakangi
oleh faktor cara pandang yang berbeda pada kehidupan ekonominya. Perhitungan
ekonomi modern tidak selamanya dapat diterapkan pada sistem ekonomi\masyarakat
non Barat.
Keragaman budaya pada setiap
masyarakat atau suku bangsa memperlihatkan pula adanya keragaman dalam strategi
kehidupan ekonominya. Keragaman pada sistem ekonomi dapat dilihat pada sistem
produksi apakah bercocok tanam sebagai petani, nelayan, peternakan, dan
sebagainya. Begitu pula keragaman ini dapat dilihat pada sistem tukar menukar
atau sistem jual beli barang.
Pada kondisi seperti di atas,
antropologi sangat diharapkan perannya untuk dapat menjembatani pemikiran
ekonomi modern dan pemikiran ekonomi lokal. Pembangunan ekonomi masyarakat di
negara-negara berkembang tidak akan berjalan dengan baik bilamana tanpa diikuti
oleh pertimbangan aspek budaya lokal terutama yang terkait dengan pola pikir
kehidupan ekonominya. Terdapat perbedaan pandangan, anggapan, pengetahuan,
persepsi pada masyarakat industri dengan masyarakat nonindustri seperti
pertanian. Oleh karena itu perlu kehati-hatian para perencana pembangunan yang
mencoba mengadopsi pemikiran atau teknologi yang datang dari masyarakat
industri (negara-negara Barat) bagi kepentingan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat nonindustri.
7.
Interaksi ilmu ekonomi dengan ilmu
pemerintahan
Secara
umum dapat dikatakan bahwa ilmu pemerintahan menekankan pada tungsi output
daripada mutu sistem politik, sedangkan ilmu politik menitikberatkan pada
fungsi input. Dengan perkataan lain ilmu pemerintahan lebih mempelajari komponen
politik sebagai suatu sistem politik, sedangkan ilmu politik mempelajari
society dari suatu sistem politik. Kebijaksanaan pemerintahan ( public policy)
dibuat dalam arena politik, tetapi hampir semua perencanaan dan pelaksanaannya
diselenggarakan dalam arena birokrasi pemerintahan tersebut.
Hubungan
llmu Pemerintahan dengan ilmu ekonomi tampak sangat erat.Hal ini dapat dilihat
dari munculannya merkantilisme sebagai aliran perekonomian yang bertujuan
memperkuat negara dengan jalan mengkonsolidasi kekuatan dalam bidang
perekonomian.
8.
Interaksi
ilmu ekonomi dengan ilmu sejarah
Sepanjang
masa modern kurang lebih 1500 tahun, kekuatan ekonomis yang sentripetal
mengarah kepemusatan pasar dan produksi ke eropa barat, suatu pola perkembangan
yang hingga perang ke dunia II masih tampak.
Dari
pertumbuhan sistem ekonomi global yang kompleks
itu menurut Kartodidjo (1992:137) diekspolasikan beberapa tema peting
diabtara lain :
A. Proses
perkembangan ekonomi (economic development) dari sistem agaris ke sistem
industrial termasuk organisasi pertanian, pola perdagangan, lembaga-lembaga
keuangan, kebijakan komersial dan pemikiran (ide) ekonomi
B. Pertumbuhan
akumulasi modal mencakup peranan pertanian, pertumbuhan penduduk dan peranan
perdagangan internasional.
C. Proses
industrialisasi beserta soal-soal perubahan sosial
D. Sejarah
ekonomi bertalian erat dengan permasalahan ekonomi seperti kenaikan harga,
konjungtur produksi agraris, ekspansi perdagangan dan sebagainya
E. Sejarah
ekonomi kuantitatif yang mencakup antara lain gross national product (GNP)
percapita income
Dengan
melihat hal-hal diatas, maka jelas dapat simpulkan kompleksitas sistem ekonomi
dengan sendirinya menuntut pula pendekatan ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi,
antropologi, ilmu politik dan lain-lain. Selanjutnya dalam perkembangan sejarah
dan ekonomi saling berkaitan karena setiap sejarah mengandung nilai-nilai ekonomis.
1.
Ilmu ekonomi positif
Ilmu
ekonomi positif adalah ilmu yamg mempelajari perilaku ekonomi secara apa adanya
dan metode ini hanya menangani deskripsi dan fungsi. Yang termasuk dalam metode
ini yaitu ekonomi deskriptif (mengumpulkan data untuk menjelaskan fenomena atau
fakta) dan teori ekonomi (menyatakan sebab-akibat atau aksi-reaksi secara
umum). Ilmu ekonomi positif dengan memasukkan unsur nilai-nilai moral dan etika
karena adanya anggapan bahwa Ilmu Ekonomi Positif terlalu sempit, kering dan
gersang.
2.
Ilmu ekonomi normatif (policy economic)
:
A. Menganalisis
hasil perilaku ekonomi
B. Mengevaluasinya
baik atau buruk
C. Menyarankan
tindakan tertentu
3. Ilmu
ekonomi empiris
Ilmu
ekonomi empiris yaitu dengan cara mengumpulkan dan memanfaatkan data untuk
menguji teori ekonomi.
Ilmu
ekonomi adalah suatu studi tentang kelayakan (wealth) dan merupakan suatu
bagian yang penting daripada studi tentang manuisia. Hal ini disebabkan karena
sifat manusia yang telah dibentuk oleh kerjanya sehari-hari. serta
sumber-sumber material yang mereka dapatkan darinya. Secara umum, bisa
dikatakan bahwa ilmu ekonomi berbicara pada tingkah laku serta nilai-nilai
perseorangan maupun masyarakat.
Ilmu
ekonomi adalah ilmu sosial (social science). Ilmu tentang masyarakat yang
berlaku untuk sebuah “masyarakat seorang’ dan (apalagi) untuk masyarakat
banyak.
Ilmu ekonomi merupakan satu diantara ilmu-ilmu sosial yang pertama kali menggunakan metode kuantitatif didalam analisisnya, dan diantara hingga sekarang ini merupakan ilmu yang paling banyak memakai teknik-teknik matematika dan statistika dikalangan ilmu sosial.
Ilmu ekonomi merupakan satu diantara ilmu-ilmu sosial yang pertama kali menggunakan metode kuantitatif didalam analisisnya, dan diantara hingga sekarang ini merupakan ilmu yang paling banyak memakai teknik-teknik matematika dan statistika dikalangan ilmu sosial.
Didalam
ilmu ekonomi, hampir semua masalah dapat dinyatakan secara kuantitatif,
misalnya kuantitas padi hasil panen tahun berjalan disuatu daerah, kuantitas
rupiah yang dibelanjakan oleh suatu keluarga untuk dikonsumsi, volume minyak
yang dihasilkan dari pengeboran disuatu daerah, pendapatan perkapita penduduk
suatu negara pada suatu masa tertentu dan sebagainya. Oleh karena kebanyakan
masalah ekonomi dapat dinyatakan secara kuantitatif maka para pemikir ekonomi
dapat menggunakan metode kuantitatif dalam analisis mereka.
Dalam
ilmu ekonomi mempunyai dua macam alat utama untuk analisisnya. Kedua alat itu
adalah :
1.
Metode induksi dan deduksi
2.
Matematika dan statistika
Metode deduksi dan
induksi kebanyakan dipakai dalam analisis kuantitatif. Metode induksi adalah metode penyelidikan, dimana dari hal-hal
khusus disimpulkan hasil yang umum. Metode
deduksi adalah kebalikan dari induksi yaitu dari hal-hal umum ditarik suatu
kesimpulan yang bersifat khusus. Kedua metode tersebut diperlukan dalam
penelaahan masalah ekonomi. Konon, semua cabang ilmu pengetahuan amatlah
memandang penting metode ini.
Alat analisis kedua
adalah matematika dan statistika. Dengan matematika (khusus matematika
ekonomi). Orang merumuskan fungsi-fungsi yang berlaku diantara peubah
(variable) ekonomi. Kerap diingat, azas-azas matematika tidak seluruhya dapat
diterapkan dalam menelaah teori ekonomi. Dalam hal ini, matematika harus
“mengabdi” pada ilmu ekonomi bukan sebaliknya. Statistika merupakan lanjutan
dari metode induksi, deduksi dan matematika. Bekal utama statistika serupa
dengan mateatika yaitu teori ekonomi. Statitika dilakukan dengan cara
mengumpulkan data yang berasal dari dunia maya, setelah data terkumpul
ditariklah kesimpulan tentang kenyataan yang terdapat pada kenyataan yang
terdapat didalam masyarakat yang sedang diselidiki. Dewasa ini matematika dan
statistika telah dianggap sebagai alat utama untuk penyelesaian masalah
ekonomi. Keduanya tergabung dalam ekonometrika. Ekonometrika adalah bagian ilmu
ekonomi yang mempergunakan matematika dan statistika sebagai alat utama dalam
pembahasan masalahnya. Ekonometrika diambil dari dua kata, yaitu; economics
(ilmu ekonomi) dan matric ( pengukuran) sehingga diartikan metode pengukuran
didalam ilmu ekonomi.
Seperti
yang telah dikemukakan di atas bahwa
ilmu ekonomi secara sedehana merupakan
uapaya manusia untuk pemenuhan kebutuhannya yang bersifat tak terbatas
dengan alat pemenuhan kebutuhan berupa
barang dan jasa yang bersifat langka
serta mempunyai kegunaan altrnatif. Untuk
dalam cara pemenuhan kebutuhan itulah berkaitan dengan metode-metode dalam ilmu ekonomi tersebut.
Adapun metode-metode yang digunakan dalam ilmu ekonmi,menurut Chaurmain dan
Prihatin (1994: 14-16) meliputi:
1.
Metode Induktif yaitu metode di mana suatu keputusan dilakukan dengan mengumpulkan semua data iformasi yang
ada di dalam realitas kehidupan. Realita tersebut dalam setiap unsur kehidupan
yang dialami individu, keluarga, masyarakat local dan sebagainya mencoba dicari
jalan pemecahan sehingga upaya pemenuhan kebutuhannya tersebut dapat dikaji
secara secermat mungkin. Sebagai contoh upaya menghasilkan dan menyalurkan
sumber daya ekonomi. Upaya tersebut dilakukan sedemikian rupa sehingga sampai
diperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang dapat tersedia pada jumlah, harga,
dan waktu yang tepat bagi pemenuhan
kebutuhan tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan perencanaan
yang dalam ilmu ekonomi berfungsi sebagai cara ataupun metode untuk menyusun
daftar kebutuhan terhadap sejumlah barang dan jasa yang diperlukan masyarakat.
2.
Metode Deduktif adalah suatu metode ilmu ekonomi yang bekerja atas dasar hukum,
ketentuan atau prinsip umum yang sudah diuji kebenarannya. Dengan metode ini
ilmu ekonomi mencoba menetapkan cara
pemecahan masalah, sesuai dengan acuan, prinsip, hukum dan ketentuan yang ada
dalam ilmu ekonomi. Misalnya, dalam ilmu ekonomi terdapat hukum yang
mengemukakan bahwa “jika persediaan barang-barang dan jasa berkurang dalam
masyarakat, sementara permintaannya
tetap, maka maka barang-barang dan jasa-jasa akan naik harganya”. Bertolak dari hukum
ekonomi tersebut, para ahli ekonomi secara deduktif sudah dapat menentukan bahwa harus dijaga agar pesrsediaan barang
dan jasa yang dibutuhkan masyarakat tersebut selalu dapat mencukupi dalam
kuantitas dan kualitasnya. Boulding (1955: 12) menyebutnya sebagai metode
eksperimen intelektual (the method of intellectual experiment).
3.
Metode Matematika adalah metode yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
ekonomi dengan cara pemecahan soal-soal secara matematis. Hal ini maksudnya
bahwa dalam matematika terdapat kebiasaankebiasaan yang dimulai dengan pembahasan dalil-dalil.
Melaui pembahasan dalil-dalil tersebut dapat dipastikan bahwa kajiannya itu dapat diterima secara umum.
4.
Metode Statistika adalah suatu metode pemecahan masalah ekonomi dengan
cara-cara pengumpulan data, pengolahan data, analisis data,
penafsiran data, dan penyajian data dalam bentuk angka-angka secara statistik. Dari angkaangka
yang yang disajikan, kemudian dapat
diketahui permasalahan yang sesungguhnya untuk kemudian dicarikan cara
pemecahannya. Sebagai contoh, pembahasan mengenai masalah pengangguran. Dalam hal ini bisa
terlebih dahulu diidentifikasi unsur-unsur yang berkaitan dengan pengangguran,
misalnya; data-data perusahaan, data-data tenaga kerja yang yang
terdidik/kurang terdidik, jenis dan
jumlah lapangan kerja yang
trsedia, jumlah dan tingkat upah
yang ditawarkan perusahaan, temapat perusahaan beroperasi, maupun
rata-ratempat tinggal para calon pekerja. Dari data yang tekumpul tersebut,
seorang ahli ekonomi akan dapat menyusun pengolahan/analisis dan penafsiran
data secara statistik yang berhubungan dengan pemecahan masalah pengangguran
tersebut. Dari angka-angka statistik tersebut kemudian ia dapat menentukan
cara-cara yang tepat untuk membantu mengatasi masalahmasalah pengangguran
secara akurat berdasarkan tafsiran peneliti terhadap angka-angka yang disajian
secara statistik.
A.
Memperbaiki cara berpikir yang membantu dalam
pengambilan keputusan
Harta yang sangat berharga dalam
diri manusia adalah pikiran. Dengan pikiran kits mampu menganalisis, menilai
benar-salah, baik-buruk dan menentukan pilihan. Kemampuan ini memungkinkan
manusia mempertahankan keberadaannya di bumi. Kemampuan itu pula yang
memungkinkan manusia terus-menerus meningkatkan kualitas hidupnya.
Metode-metode, teknik berpikir dalam ilmu ekonomi akan meningkatkan kemampuan
berpikir dan mengambil keputusan.
B.
Membantu memenuhi masyarakat
Sebagai makhluk sosial, manusia
tidak dapat hidup tanpa orang lain. Kita tidakpernah berhenti berinteraksi.
Menurut Ilmu ekonomi interaksi manusia terjadi lewat pertukaran (pasar).
Sejarah ekonomi mengajarkan bahwa melalui pertukaran itu manusia berupaya
mengatasi kelangkaan, selanjutnya mengembangkan teknologi dan sistem
kemasyarakatan. Berdasarkan ini kita dapat memahami terjadinya Revolusi
Industri di Inggris, Revolusi Politik di Perancis dan peristiwa-peristiwa bersejarah
lainnya.
C.
Membantu memahami memahami masalah-masalah
Internasional (global)
Kelangkaan yang dihadapi terjadi pads setiap tingkatan hidup, mulai dari
individu, keluarga, masyarakat desa, kota, negara dan internasional. Di tingkat
internasional interaksi antar-individu secara langsung demi kepentingan
pribadi, jarang terjadi. Individu-individu yang berinteraksi
lebih mewakili kepentingan-kepentingan kelompok (negara/perusahaan). Yang
mereka lakukan meskipun tampaknya baik bagi yang
kelompok/negara lain, sebenarnya lebih mempertimbangkan kepentingan
kelompok/negara mereka. Dengan belajar ilmu ekonomi, kita dapat mengerti lebih
pasti dan dalam, mengapa pada saat negara-negara Asia Timur
(Indonesia) mengalami krisis ekonomi tahun 1998, negara-negara maju (Eropa
Banat, Amerika Serikat dan Jepang), mau memberi bantuan melalui Dana Moneter
Internasional (IMF) dan atau Bank Dunia (World Bank).
D.
Bermanfaat dalam membangun masyarakat demokrasi.
Cita-cita terbentuknya masyarakat
demokrasi bukan moonopoli kaum politisi saja. Ekonom pun mempunyai cita-cita
yang lama, seperti yang disampaikan oleh Kenneth Arrow. Ekonom memandang
demokratisasi sangat penting dalam rangka memperbaiki proses alokasi sumber
daya, karena lebih mencerminkan aspirasi masyarakat kebanyakan. Tidak mengherankan
bila di masyarakat maju, para calon pemimpin yang akan dipilih harus mampu
menjabarkan program - program ekonomi mereka.
A.
Salah satu kelemahan ilmu ekonomi
konvensional adalah tidak adanya hubungan yang jelas antara tujuan-tujuan
makroekonomi dan mikroekonomi.
B.
Membiarkan
ilmu ekonomi sebagai disiplin menjadi penentu arah kegiatan ilmiah dan
masalah-masalah sosial yang muncul dalam masyarakat tidak dijadikan obyek yang
harus dipecahkan. Contoh : Jika di negara-negara maju ilmu ekonomi dijadikan
makin “ilmiah” dengan sasaran-sasaran analisisnya pada masalah-masalah
non-ekonomi seperti keluarga (Gary Becker) atau agama (the economics of
religion), maka di negara-negara berkembang orang-orang awam makin frustasi
karena ilmu ekonomi nampak tak berminat pada masalah perbaikan pemerintahan (governance).
C.
Jika
ilmu ekonomi Neoklasik tidak berminat menganalisis masalah-masalah sosial di
negara-negara sedang berkembang, tetapi mengurung diri sebagai disiplin yang
kaku maka ia bukan ilmu sejati tetapi sekedar sebagai ideologi, itupun ideologi yang tidak mengikat, sehingga tidak
berguna bagi pembangunan masyarakat, malahan ia menjadi penghambat pemecahan
masalah-masalah sosial yang dihadapi masyarakat.
D.
Kegiatan
ekonomi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup saja, tidak untuk meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan.
E.
Salah satu kelemahan mendasar ilmu
ekonomi konvensional, bila diterapkan di Indonesia, adalah ketika menganggap
bahwa fenomena ekonomi yang bisa dianalisis hanyalah yang terjadi di pasar
atau tentang komoditi yang dipertukarkan di pasar.
F.
Didalam Ilmu Ekonomi terdapat model
ekonomi (abstrak-matematis) bahwa pasar hanya mengenal 2 sektor ekonomi saja
yaitu sektor produksi (dilakukan perusahaan), dan sektor konsumsi
(dilakukan rumah tangga). Dengan asumsi yang demikian jelas tidak dikenal
adanya pelaku-pelaku ekonomi rakyat yang bertindak sekaligus sebagai
produsen dan sebagai konsumen. Dengan demikian salah sekali asumsi dasar yang
dipakai ilmu ekonomi konvensional bahwa hanya perusahaan saja yang dapat berproduksi
dan berinvestasi, sedangkan rumah tangga tidak berproduksi tetapi hanya
pandai berkonsumsi, yang juga berarti rumah tangga sama sekali tidak
mampu berinvestasi
G.
Didalam
Ilmu Ekonomi Neoklasik kelemahanya adalah keengganannya untuk memasukkan faktor
budaya dan masalah keadilan dalam model analisisnya.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
ilmu ekonomi maka perlu maka kita perlu menelah teori-teori terlebih karena
teori sangat mempengaruhi cara berpikir maka untuk mewujudkan masyarakat yang
serba-berkecukupan (adil-makmur) dasar-dasar
etika kita adalah ketakwaan dan kemanusiaan, sedangkan metode kerja-nya adalah
kebangsaan/nasionalisme, dan demokrasi/kerakyatan. Pancasila sebagai pedoman
melaksanaan sistem “ekonomi terpimpin” menegaskan bawa politik kemakmuran
Indonesia ialah politik yang didasarkan pada “pembangunan tenaga beli rakyat”
yaitu dengan memperbesar produksi sekaligus menyediakan lapangan kerja penuh.
Pemerintah mengambil tindakan yang berani menghapus semua pembatasan
untuk arus modal yang masuk dan keluar. Undang-undang Indonesia yang mengatur
arus modal dengan demikian, menjadi yang paling liberal di dunia, bahkan
melebihi yang berlaku di negara-negara yang paling berkembang.
Tidak memperhitungkan efisiensi dan
penggunaan sumber daya dan kegiatan ekonomi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
hidup saja, tidak untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan.
Solusi
yang ada untuk mengatasi kelemahan ini, kita membutuhkan sistem ilmu ekonomi
yang tepat dan sesuai dengan kondisi permasalahan ilmu ekonomi yang ada. Sistem
ekonomi adalah perpaduan dari peraturan atau cara-cara yang merupakan satu
kesatuan yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dalam perekonomian
Peran
Mahasiswa yaitu :
1. Memperbaiki
dan menyempurnakan kurikulum pendidikan ekonomi, dimana sudah saatnya ada ruang
bagi pengkajian dan penelaahan ekonomi secara lebih mendalam dan aplikatif.
2. Dengan
memperbanyak riset, studi, dan penelitian tentang ekonomi , baik yang berskala
mikro maupun makro. Ini akan memperkaya keilmuan dan literatur ekonomi ,
sekaligus sebagai alat ukur keberhasilan penerapan sistem ekonomi di Indonesia.
3. Dengan
mengembangkan networking yang lebih luas dengan berbagai institusi pendidikan
ekonomi syariah lainnya, baik skala nasional maupun internasional.
4. Mahasiswa
sosialisasi dari mulut ke mulut (door to door) terhadap lingkungan sekitarnya
seperti keluarga dan teman-temannya sampai keperan yang besar sekalipun seperti
terjun langsung ke sebuah lingkungan dan menerapkan sistem ekonomi Islam dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan tersebut. Mahasiswa yang mengambil peran
tersebut hendaknya bukan mahasiswa Fakultas Ekonomi atau mahasiswa yang
mengambil studi ekonomi Islam saja, tapi juga dilakukan oleh mahasiswa secara
keseluruhan tanpa memandang studi yang diambilnya. Karena untuk mewujudkan
sebuah perubahan, diperlukan dukungan dari semua elemen pengusung perubahan itu
sendiri (mahasiswa). Tetapi, untuk langkah awal pergerakan ini, tampaknya masih
fokus dilakukan oleh mahasiswa yang memang memiliki latar belakang ilmu
ekonomi.
5. Kesejahteraan
masyarakat yang baik dan berkurangnya angka kemiskinan bukanlah sesuatu yang
mustahil diwujudkan bila ada kerja sama yang baik antara pakar dan praktisi
ekonomi dengan mahasiswa dalam melakukan sosialisasi ekonomi kepada masyarakat
luas dalam mengembangkan ekonom kedepan.
Mahasiswa adalah pemuda yang didalam dirinya mengalir darah-darah pejuang. Di
dalam diri mahasiswa itu sendiri terdapat kekuatan yang besar untuk mengubah
sebuah lingkungan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Dari penjelasan sebelumnya kita
dapat mengambil kesimpulan bahwa ilmu ekonomi ada sejak manusia ada tetapi
pemikir kapitalismelah yang mengembangkannya pemikiran ilmu ekonomi tetapi
tokoh klasik yaitu Adam Smith dikenal sebagai Bapak Ekonomi. Bila ilmu ekonomi
dan filsafat dihubungkan keduanya sangat berhubungan Karena ilmu ekonomi masuk
dalam pembagian filsafat ilmu sosial. Filsafat merupakan induk dari segala
ilmu. Filsafat dan ilmu ekonomi memiliki objek masing dalam kajiannya.
Filsafat dan ilmu ekonomi
sebenarnya jauh berbeda. Tetapi dalam perbedaan tersebut juga memilki saling
berhubungan dan keterkaitan. Jadi sebagai seorang pendidik, kita diwajibkan
untuk mengerti dan mengetahui kedua displin ilmu tersebut. Karena ilmu tersebut
memberikan manfaat yang lauar biasa dalam kehidupan kita.
Daftar Pustaka
Winardi, Dr 1990. Ilmu Ekonomi
dan Aspek-aspek metodologisnya.Bandung : Rineka Cipta
Achamandi, Asmoro 1994. Filsafat
Umum. Semarang : PT. Raja Grafindo Persada
Surajiyo, Drs 2005. Ilmu
Filsafat.Jakarta : Bumi Aksara
Sudarsono, Drs 2001 Ilmu
Filsafat (Suatu Pengantar):Rineka Cipta
http://lets-belajar.blogspot.com/2007/09/aobjek-filsafat.html