Pengertian Masyarakat
Lingkungan tempat kita tinggal dan
melakukan berbagai aktivitas disebut dengan masyarakat. Apakah masyarakat hanya
sebatas pada pengertian itu? Tidak. Untuk memahami lebih jauh tentang
pengertian masyarakat, sebaiknya kita pahami beberapa definisi menurut pendapat
para ahli sosiologi.
A. Emile Durkheim
Masyarakat adalah suatu kenyataan objektif individuindividu
yang merupakan anggota-anggotanya.
B. Karl Marx
Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita ketegangan
organisasi ataupun perkembangan karena adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terpecah-pecah secara ekonomis.
C. Max Weber
Masyarakat adalah suatu struktur atau aksi yang pada
pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya.
D. Koentjaraningrat
Masyarakat adalah kesatuan hidup dari makhluk-makhluk
manusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat tertentu.
E. Mayor Polak
Masyarakat adalah wadah segenap antarhubungan social yang
terdiri dari banyak sekali kolektivitas serta kelompok, dan tiap-tiap kelompok
terdiri lagi atas kelompok-kelompok yang lebih kecil (subkelompok).
F. Roucek dan Warren
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki rasa dan
kesadaran bersama, di mana mereka berdiam (bertempat tinggal) dalam daerah yang
sama yang sebagian besar atau seluruh warganya memperlihatkan adanya adat
istiadat serta aktivitas yang sama pula.
G. Paul B. Horton
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relative
mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah
tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan
dalam kelompok itu. Pada bagian lain Horton mengemukakan bahwa masyarakat
adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya
H. Abdul Syani (1987:
30)
Masyarakat adalah
berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling
mempengaruhi.
I. Hassan Shadily (1983:
31)
Masyarakat adalah
golongan besar atau kecil dari beberapa manusia, yang dengan atau sendirinya
bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain
J. Joseph S. Roucek dan
Roland R. Warren “Sociology An Introduction” (1984:88)
mengartikan kelompok
sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan
berinteraksi, dimana dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Marga
dalam bahasa asing disebut “clan” yang berarti sistem kekerabatan yang terdiri
dari anggota keluarga.
Menurut Abdulsyani, sosiologi, “Skematika, Teori dan Terapan” (1992: 27), dalam setiap masyarakat ada kelompok Gemeinschaft. Marga dalam hal ini dapat digolongkan dalam Gemeinschaft by Blood, yaitu Gemeinschaft yang merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan; contoh keluarga, kelompok kekerabatan.
Soerjono Soekanto (2002: 64-67) mengemukakan bahwa dalam masyarakat terjadi proses interaksi sosial, Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat bersifat primer dan sekunder.
M, J. Heskovits
Masyarakat adalah kelompok individu yang mengorganisasikan dan mengikuti suatu cara hidup tertentu.
Masyarakat adalah kelompok individu yang mengorganisasikan dan mengikuti suatu cara hidup tertentu.
J.L Gillin J.P Gillin
Masyarakat adalah kelompok manusia yang tersebar mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama.
S.R Steinmentz
Masyarakat adalah sebagai kelompok manusia yang terbesar meliputi pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih kecil yang mempunyai perhubungan erat dan teratur.
Mack Ever
Masyarakat adalah suatu sistem dari cara kerja dan prosedur, otoritas dan saling bantu-membantu yang meliputi kelompok-kelompok dan pembagian-pembagian sosial, sistem pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan. Sistem yang kompleks dan selalu berubah dari relasi sosial.
Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli
Barat
§ E. B. Tylor dalam buku “Primitif Culture”, bahwa kebudayaaan
adalah keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan
yang lain serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.
§ R. Linton dalam buku “The Cultural Background of Personality’,
bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku dan hasil laku, yang
unsur – unsur pembentukan didukung serta diteruskan oleh anggota
masyarakat tertentu.
§ C. Klukhohn dan W.H. Kelly menyatakan kebudayaan adalah
sebagai hasil tanya jawab dari para ahli antropologi, sejarah, hukum,
psychologi, yang implisit dan eksplisit, rasional, irasional terdapat pada
setiap waktu sebagai pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia.
§ Melville J.
Herskovits mendenifisikan kebudayaan sebagai “man made part of the
environtment” (bagian dari lingkungan buatan manusia).
§ Dawson dalam buku “Age of the Gods”, mengatakan bahwa
kebudayaan adalah cara hidup bersama (culture is common way of life)
§ J.P.H.
Dryvendak mengatakan bahwa kebudayaan adalah kumpulan dari cetusan
jiwa manusia sebagai yang beraneka ragam berlaku dalam suatu masyarakat
tertentu.
§ Ralph Linton (1893 – 1953)
seorang antropolog Amerika menyatakan kebudayaan adalah “Man’s social heredity”
(sifat sosial manusia yang temurun).
§ M. Jacobs dan
B.J. Stern menyatakan kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi
bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta benda yang
semuanya merupakan warisan sosial.
§ Dr. K. Kupper mengemukakan
kebudayaan adalah sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengaruh bagi manusia
dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupuan kelompok.
§ William H.
Haviland mengatakan kebudayaan
adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota
masyarakat, yang jika dilaksnakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku
yang dipandang layak dan dapat diterima oleh semua masyarakat.
§ Francis
merill
·
Pola – pola
perilaku yang dihasilkan oleh interaksi sosial.
·
Semua perilaku
dan semua produk yang dihasilkan oleh seorang sebagai anggota suatu masyarakat
yang ditemukan melalui interaksi simbolis.
§ Bounded et.al merupakan
sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari kepercayaan manusia
melalui simbol – simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai rangkaian
rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya budaya
antara para anggota suatu masyarakat. Pesan – pesan tentang kebudayaan yang
diharapkan dapat ditemukan didalam media pemerintahan, institusi agama, sistem
pendidikan dan semacam itu.
§ Mitchel (
dictionary of soribology ) merupakan sebagian perulangan
keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia dan produk yang dihasilkan manusia
yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar dialihkan secara
genetikal.
§ Robert H Lowie merupakan
segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan,
adat-istiadat, norma – norma artistik, kebiasaan makan, keahlian yang diperoleh
bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang
didapat melalui pendidikan formal dan informal.
Ø Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli
Indonesia
§ Prof. Dr.
Koentjaraningrat menyatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan manusia
dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus
didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat.
§ Sultan Takdir
Alisyahbana mengatakan kebudayaan adalah manifestasi dari cara
berpikir.
§ Dr. Moh. Hattta, kebudayaan
adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa.
§ Mangunsarkoro, kebudayaan
adalah segala yang bersifat hasil kerja jiwa manusia dalam arti yang seluas –
luasnya.
§ Drs. Sidi
Gazalba, kebudayaan adalah cara berpikir dan merasa menyatakan
diri dalam seluruh segi kehidupan dari golongan manusia yang membentuk kesatuan
sosial dengan suatu ruang dan suatu waktu.
§ Ki Hajar
Dewantara, kebudayaan berarti buah budi manusia adalh hasil
perjuangan manusia terhadp dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang
merupakan bukti kejayaan hidup manusiauntuk mengatasi berbagai rintangan dan
kesukaran dalam hidup dan penghidupan guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat
tertib dan damai.
§ Arkeolog R.
Seokmono, kebudayaan adalah keseluruhan hasil usaha manusia, baik
berupa benda ataupun hanya berupa pikiran dan dalam hidup.
§ Prof. M.M.
djojodiguno dalam buku “Asas –
asas Sosiologi (1958)”, kebudayaan/budaya adalah daya dari budi, yang
berupa cipta, rasa, dan karsa.
1. Cipta :
Ilmu pengetahuan, yang bersumber dari pengalaman lahir dan batin.
2. Karsa :
Norma – norma keagamaan/kepercayaan, yang bersumber dari “sangkan
(lahir) dan paran (mati)”
3. Rasa : Norma keindahan yang menghasilkan
kesenian, yang bersumber dari keindahan dan menolak keburukan atau kejelekan.
Jadi,
kebudayaan adalah hasil dari buah budi (gagasan) manusia yang berupa cipta,
rasa dan karsa baik yang kongkrit ataupun abstrak yang bertujuan untuk mencapai
kesempurnaan hidup. Yang dalam pengaplikasianya di lakukan dengan pola – pola
perilaku, bahasa, organisasi sosial, religi, seni, dan lainnya yang telah
menjadi kebiasaan yang turun temurun dari leluhur.
Pengertian Masyarakat Majemuk
Menurut J.S. Furnivall,
masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih
komunitas maupun kelompok-kelompok yang secara budaya dan ekonomi terpisah
serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda satu dengan lainnya.
Nasikun, menyatakan bahwa masyarakat majemuk merupakan suatu
masyarakat yang menganut sistem nilai yang berbeda di antara berbagai kesatuan
sosial yang menjadi anggotanya. Para anggota masyarakat tersebut kurang
memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai suatu keseluruhan, kurang
memiliki homogenitas kebudayaan, atau bahkan kurang memiliki dasar untuk
mengembangkan sikap saling memahami.
Senada dengan itu, Clifford
Geertz, berpendapat bahwa masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terbagi
atas subsistem-subsistem yang lebih kurang berdiri sendiri dan dipersatukan
oleh ikatan-ikatan primordial.
Kemajemukan dapat disebabkan oleh:
- Letak suatu negara atau masyarakat
- Keadaan geografis, serta
- Iklim yang berbeda dan struktur tanah yang tidak sama d berbagai daerah
2.
Karekteristik Masyarakat Majemuk
Pierre van de Berghe, mengemukakan beberapa karakteristik masyarakat majemuk
sebagai berikut.
- Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang mempunyai kebudayaan, tepatnya subkebudayaan yang berbeda satu dengan lainnya.
- Memiliki struktur sosial yang terbagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non-komplementer.
- Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.
- Secara relatif, sering terjadi konflik antarkelompok.
- Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan ketergantungan ekonomi.
- Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok-kelompok lain.
3.
Jenis-Jenis Masyarakat Majemuk
Menurut konfigurasi dari komunitas
etnisnya, masyarakat majemuk dapat dibedakan menjadi empat katagori sebagai
berikut.
- Masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang, yaitu masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah komunitas atau kelompok etnis yang memiliki kekuatan kompetitif seimbang.
- Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan, yaitu masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah komunitas atau kelompok etnis yang kekuatan kompetitip tidak seimbang.
- Masyarakat majemuk dengan minoritas dominan, yaitu masyarakat yang antara komunitas atau kelompok etnisnya terdapat kelompok minoritas, tetapi mempunyai kekuatan kompetitip di atas yang lain, sehingga mendominasi politik dan ekonomi.
Masyarakat majemuk dengan
fragmentasi, yaitu masyarakat yang terdiri atas sejumlah besar komunitas atau
kelompok etnis, dan tidak ada satu kelompok pun yang mempunyai posisi politik
atau ekonomi yang dominan.
Faktor yang menyebabkan kemajemukan masyarakat Indonesia adalah sebagai
berikut:a. Keadaan geografi Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari lima pulau besar dan lebih dari 13.000 pulau kecil sehingga hal tersebut menyebabkan penduduk yang menempati satu pulau atau sebagian dari satu pulau tumbuh menjadi kesatuan suku bangsa, dimana setiap suku bangsa memandang dirinya sebagai suku jenis tersendiri.
b. Letak Indonesia diantara Samudra Indonesia dan Samudra Pasifik serta diantara Benua Asia dan Australia, maka Indonesia berada di tengah-tengah lalu lintas perdagangan. Hal ini mempengaruhi terciptanya pluralitas/kemajemujkan agama.
c. Iklim yang berbeda serta struktur tanah di berbagai daerah kepulauan Nusantara ini merupakan faktor yang menciptakan kemajemukan regional.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa kemajemukan Indonesia tampak pada perbedaan warga maryarakat secara horizontal yang terdiri atas berbagai ras, suku bangsa, agama, adat dan perbedaan-berbedaan kedaerahan.
Menurut Robertson (1977), ras merupakan pengelompokan manusia berdasarkan ciri-ciri warna kulit dan fisik tubuh tertentu yang diturunkan secara turun temurun.Untuk itu ras yang hidup di Indonesia antara lain Ras Melayu Mongoloid, Weddoid dan sebagainya. Sedangkan untuk suku bangsa / etnis yang tersebar di Indonesia sangatlah beraneragam dan menurut Hildred Geertz di Indonesia terdapat lebih dari 300 suku bangsa, dimana masing-masing memiliki bahasa dan identitas kebudayaan yang berbeda. Dalam kemajemukan agama di Indonesia secara umum agama yang berkembang di Indonesia adalah Islam, Kristen Protestan, Katholik, Hindu, Budha. Selain itu terdapat agama-agama lain seperti Kong Hu Chu, Kaharingan di Kalimantan, Sunda Kawitan (suku Baduy) serta aliran kepercayaan.
Dengan demikian keanekaragaman tersebut merupakan suatu warna dalam kehidupan, dan warna-warna tersebut akan menjadi serasi, indah apabila ada kesadaran untuk senantiasa menciptakan dan menyukai keselarasan dalam hidup melalui persatuan yang indah yang diwujudkan melalui integrasi.
Ciri-ciri masyarakat majemuk menurut Vandenberg :
a. Segmentasi ke dalam kelompok-kelompok.
b. Kurang mengembangkan konsensus.
c. Sering mengalami konflik.
d. Integrasi sosial atas paksaan.
e. dominasi suatu kelompok atas kelompok lain
2.2 Pengaruh Kemajemukan Masyarakat Indonesia
Pengaruh kemajemukan masyarakat Indonesia berdasarkan suku bangsa,ras dan agama dapat dibagi atas pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positifnya adalah terdapat keanekaragaman budaya yang terjalin serasi dan harmonis sehingga terwujud integrasi bangsa. Pengaruh negatifnya antara lain :
a. Primordial
Karena adanya sikap primordial kebudayaan daerah, agama dan kebiasaan di masa lalu tetap bertahan sampai kini. Sikap primordial yang berlebihan disebut etnosentris. Jika sikap ini mewarnai interaksi di masyarakat maka akan timbul konflik, karena setiap anggota masyarakat akan mengukur keadaan atau situasi berdasarkan nilai dan norma kelompoknya. Sikap ini menghambat tejadinya integrasi sosial atau integrasi bangsa. Primordialisme harus diimbangi tenggang rasa dan toleransi.
b. Stereotip Etnik
Interaksi sosial dalam masyarakat majemuk sering diwarnai dengan stereotip etnik yaitu pandangan (image) umum suatu kelompok etnis terhadap kelompok etnis lain (Horton & Hunt). Cara pandang stereotip diterapkan tanpa pandang bulu terhadap semua anggota kelompok etnis yang distereotipkan, tanpa memperhatikan adanya perbedaan yang bersifat individual. Stereotip etnis disalah tafsirkan dengan menguniversalkan beberapa ciri khusus dari beberapa anggota kelompok etnis kepada ciri khusus seluruh anggota etnis.
Dengan adanya beberapa orang dari sukubangsa A yang tidak berpendidikan formal atau berpendidikan formal rendah, orang dari suku lain (B) menganggap semua orang dari sukubangsa A berpendidikan rendah. Orang dari luar suku A menganggap suku bangsanya yang paling baik dengan berpendidikan tinggi. Padahal anggapan itu bisa saja keliru karena tidak semua orang dari sukubangsa di luar sukubangsa A berpendidikan tinggi, banyak orang dari luar sukubangsa A yang berpendidikan rendah. Jika interaksi sosial diwarnai stereotip negatip, akan terjadi disintegrasi sosial. Orang akan memberlakukan anggota kelompok etnis lain berdasarkan gambaran stereotip tersebut. Agar integrasi sosial tidak rusak, setiap anggota masyarakat harus menyadari bahwa selain sukubangsa ada faktor lain yang mempengaruhi sikap seseorang, yaitu pendidikan, pengalaman, pergaulan dengan kelompok lain, wilayah tempat tinggal, usia dan kedewasaan jiwa.
c. Potensi Konflik
Ciri utama masyarakat majemuk (plural society) menurut Furnifall (1940) adalah kehidupan masyarakatnya berkelompok-kelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi mereka (secara essensi) terpisahkan oleh perbedaan-perbedaan identitas sosial yang melekat pada diri mereka masing-masing serta tidak tergabungnya mereka dalam satu unit politik tertentu.
Pengertian
Masyarakat
Berikut di bawah ini adalah beberapa
pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia.
1. Menurut Selo Sumardjan masyarakat
adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
2. Menurut Karl Marx masyarakat
adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau
perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi
secara ekonomi.
3. Menurut Emile Durkheim masyarakat
merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
4. Menurut Paul B. Horton & C.
Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup
bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu,
mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam
kelompok / kumpulan manusia tersebut.
Syarat-syarat
Menjadi Masyarakat
Menurut Marion Levy diperlukan empat
kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpolan manusia bisa dikatakan / disebut
sebagai masyarakat.
1. Ada sistem tindakan utama.
2. Saling setia pada sistem tindakan
utama.
3. Mampu bertahan lebih dari masa
hidup seorang anggota.
4. Sebagian atan seluruh anggota
baru didapat dari kelahiran / reproduksi manusia.
Pengertian
Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan sering disebut
urban community. Pengertian masyarakat
kota lebih ditekankan pada sifat
kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat
pedesaan. Ada beberap ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu :
1. Kehidupan keagamaan berkurang
bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
2. Orang kota pada umumnya
dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung padaorang lain. Yang
penting disini adalah manusia perorangan atau individu.
3. Pembagian kerja di antara
warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
4. Kemungkinan-kemungkinan untuk
mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga
desa.
5. Interaksi yang terjadi lebih
banyak terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi.
6. Pembagian waktu yang lebih teliti
dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu.
7. Perubahan-perubahan sosial tampak
dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh
dari luar.
Pengertian
Masyarakat Pedesaan
Desa
adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat
pemeritnahan sendiri
Masyarakat pedesaan
ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuatsesama warga desa,
yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang sangat kuat yang
hakekatnya.
Adapun
yang menjadi ciri masyarakat desa antara lain :
- Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya.
- Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
- Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian
Tipe
Masyarakat
Dipandang dari cara terbentuknya,
masyarakat dapat dibagi dalam :
- masyarakat paksaan, misalnya Negara, masyarakat tawanan, dan lain-lain
- masyarakat merdeka, yang terbagi dalam :
- masyarakat nature, yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendirinya, seperti gerombolan, suku, yagn bertalian dengan hubungan darah atau keturunan
- masyarakat kultur, yaitu masyarakat yang terjadi karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan, misalnya koperasi, kongsi perekonomian, gereja dan sabagainya
Perbedaan
dan ciri-ciri antara desa dan kota
Dalam masyarakat modern, sering
dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut Soekanto (1994), per-bedaan
tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat
sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa,
pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan
masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.
Kita dapat membedakan antara
masya-rakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik
tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi
sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan
kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem
tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai
berikut:
Masyarakat Pedesaan
1).Perilaku homogen
2).Perilaku yang dilandasi oleh
konsep kekeluargaan dan kebersamaan
3).Perilaku yang berorientasi pada
tradisi dan status .
4).Isolasi sosial, sehingga statik
5).Kesatuan dan keutuhan kultural
6).Banyak ritual dan nilai-nilai
sakral
7). Kolektivisme
Masyarakat Kota:
1). Perilaku heterogen
2).Perilaku yang dilandasi oleh
konsep pengandalan diri dan kelembagaan 3).Perilaku yang berorientasi pada
rasionalitas dan fungsi
4).Mobilitassosial,sehingga dinamik
5).Kebauran dan diversifikasi
kultural
6).Birokrasi fungsional dan
nilai-nilaisekular
7).Individualisme
7).Individualisme
Warga suatu masyarakat
pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang
hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan
biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan (Soekanto, 1994).
Selanjutnya Pudjiwati (1985), menjelaskan ciri-ciri relasi sosial yang ada di
desa itu, adalah pertama-tama, hubungan kekerabatan. Sistem kekerabatan dan
kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting. Penduduk masyarakat
pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang
kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan
penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya
merupakan pekerjaan sambilan saja .
Golongan orang-orang tua pada
masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta
nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno
(1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya
terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
Hubungan Desa-Kota,
Hubungan Pedesaan-Perkotaan
Masyarakat pedesaan dan perkotaan
bukanlah dua komonitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam
keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang erat. Bersifat
ketergantungan, karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada
dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan seperti beras sayur
mayur , daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi bagi
jenis jenis pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan dalam
proyek proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau
jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja musiman.
Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan dibidang
pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota
terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
“Interface”, dapat diartikan adanya
kawasan perkotaan yang tumpang-tindih dengan kawasan perdesaan, nampaknya
persoalan tersebut sederhana, bukankah telah ada alat transportasi, pelayanan
kesehatan, fasilitas pendidikan, pasar, dan rumah makan dan lain sebagainya,
yang mempertemukan kebutuhan serta sifat kedesaan dan kekotaan.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang,
karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin
berpengaruh dan makin menentukan kehidupan perdesaan.
Secara teoristik, kota merubah atau
paling mempengaruhi desa melalui beberapa caar, seperti: (i) Ekspansi kota ke
desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan merubah atau
mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua kawasan perkotaan dengan
besaran dan kecepatan yang beraneka ragam; (ii) Invasi kota , pembangunan kota
baru seperti misalnya Batam dan banyak kota baru
sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan
lenyap atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan; (iii) Penetrasi
kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses ini
yang sesungguhnya banyak terjadi; (iv) ko-operasi kota-desa, pada umumnya
berupa pengangkatan produk yang bersifat kedesaan ke kota. Dari keempat
hubungan desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak danorang kota.
Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah berbagai
permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan dalam
kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
Salah satu bentuk hubungan antara
kota dan desa adalah :
a). Urbanisasi dan Urbanisme
Dengan adanya hubungan Masyarakat
Desa dan Kota yang saling ketergantungan dan saling membutuhkan tersebut maka
timbulah masalah baru yakni ; Urbanisasi yaitu suatu proses berpindahnya
penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan
proses terjadinya masyarakat perkotaan. (soekanto,1969:123 ).
b) Sebab-sebab Urbanisasi
Aspek
Positif dan Negatif
a. Bertambahnya penduduk sehingga
tidak seimbang dengan persediaan lahan pertanian,
b. Terdesaknya kerajinan rumah di
desa oleh produk industri modern.
c. Penduduk desa, terutama kaum
muda, merasa tertekan oleh oleh adat istiadat yang ketat sehingga mengakibatkan
suatu cara hidup yang monoton.
d. Didesa tidak banyak kesempatan
untuk menambah ilmu pengetahuan.
e. Kegagalan panen yang disebabkan
oleh berbagai hal, seperti banjir, serangan hama, kemarau panjang, dsb.
Sehingga memaksa penduduk desa untuk mencari penghidupan lain dikota.
Hal – hal yang termasuk
pull factor antara lain :
a. Penduduk desa kebanyakan beranggapan
bahwa dikota banyak pekerjaan dan lebih mudah untuk mendapatkan penghasilan
b. Dikota lebih banyak kesempatan
untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah menjadi industri kerajinan.
c. Pendidikan terutama pendidikan
lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih mudah didapat.
d. Kota dianggap mempunyai tingkat
kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat pergaulan dengan segala macam
kultur manusianya.
e. Kota memberi kesempatan untuk
menghindarkan diri dari kontrol sosial yang ketat atau untuk mengangkat diri
dari posisi sosial yang rendah ( Soekanti, 1969 : 124-125 ).
5 Unsur Lingkungan Perkotaan
Secara umum dapat dikenal bahwa
suatu lingkungan perkotaan,
seyogyanyamengandung 5 unsur yang
meliputi :
- Wisma : unsure ini merupakan bagian ruang kota yang dipergunakan untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya, serta untuk melangsungkan kegiatan-kegiatan sosial dalam keluarga. Unsure wisma ini menghadapkan
- dapat mengembangkan daerah perumahan penduduk yang sesuai dengan pertambahan kebutuhan penduduk untu masa mendatang
- memperbaiki keadaan lingkungan perumahan yang telah ada agar dapat mencapai standar mutu kehidpan yang layak, dan memberikan nilai-nilai lingkungan yang aman dan menyenangkan
- Karya : unsure ini merupakan syarat yang utama bagi eksistensi suatu kota, karena unsure ini merupakan jaminan bagi kehidupan bermasyarakat.
- Marga : unsure ini merupakan ruang perkotaan yang berfungsi untuk menyelenggarakan hubungan antara suatu tempat dengan tempat lainnya didalam kota, serta hubungan antara kota itu dengan kota lain atau daerah lainnya.
- Suka : unsure ini merupakan bagian dari ruang perkotaan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan fasilitas hiburan, rekreasi, pertamanan, kebudayaan dan kesenian
- Penyempurna : unsure ini merupakan bagian yang penting bagi suatu kota, tetapi belum secara tepat tercakup ke dalam keempat unsur termasuk fasilitas pendidikan dan kesehatan, fasiltias keagamaan, perkuburan kota dan jaringan utilitas kota.
Fungsi
Eksternal
Di pihak lain kota mempunya juga
peranan/fungsi eksternal, yakni seberapa jauh fungsi dan peranan kota tersebut
dalam kerangka wilayah atau daerah-daerah yang dilingkupi dan melingkupinya,
baik dalam skala regional maupun nasional. Dengan pengertian ini diharapkan
bahwa suatu pembangunan kota tidak mengarah pada suatu organ tersendiri yang
terpisah dengan daerah sekitarnya, karena keduanya saling pengaruh
mempengaruhi.
Ciri-ciri
Masyarakat desa
Dalam buku Sosiologi karangan Ruman
Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat
desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri
masarakat desasebagai berikut :
a. Afektifitas ada hubungannya
dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya
dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah
yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
b. Orientasi kolektif sifat ini
merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan ,
tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda
pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
c. Partikularisme pada dasarnya
adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu
tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan
sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya
Universalisme)
d. Askripsi yaitu berhubungan dengan
mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak
disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau
keturunan.(lawanya prestasi).
e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu
yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang
dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung,
untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat
terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari
luar.
Hakikat
Dan Sifat Masyarakat Pedesaan
Seperti dikemukakan oleh para ahli atau
sumber bahwa masyarakat In¬donesia lebih dari 80% tinggal di pedesaan dengan
mata pencarian yang bersifat agraris. Masyarakat pedesaan yang agraris biasanya
dipandang antara sepintas kilas dinilai oleh orang-orang kota sebagai
masyarakat tentang damai, harmonis yaitu masyarakat yang adem ayem, sehingga
oleh orang kota dianggap sebagai tempat untuk melepaskan lelah dari segala
kesibukan, keramaian dan keruwetan atau kekusutan pikir.
Maka
tidak jarang orang kota melepaskan segala kelelahan dan kekusutan pikir
tersebut pergilah mereka ke luar kota, karena merupakan tempat yang adem ayem,
penuh ketenangan. Tetapi sebetulnya ketenangan masyarakat pedesaan itu hanyalah
terbawa oleh sifat masyarakat itu yang oleh Ferdinand Tonies diistilahkan
dengan masyarakat gemeinschaft (paguyuban). Jadi Paguyuban masyarakat itulah
yang menyebabkan orang-orang kota menilai sebagai masyarakat itu tenang
harmonis, rukun dan damai dengan julukan masyarakat yang adem ayem.
Tetapi sebenarnya di dalam
masyarakat pedesaan kita ini mengenal bermacam-macam gejala, khususnya hal ini
merupakan sebab-sebab bahwa di dalam masyarakat pedesaan penuh dengan
ketegangan-ketegangan sosial.
Gejala
Masyarakat Pedesaan
a) Konflik ( Pertengkaran)
Ramalan orang kota bahwa masyarakat
pedesaan adalah masyarakat yang tenang dan harmonis itu memang tidak sesuai
dengan kenyataan sebab yang benar dalam masyarakat pedesaan adalah penuh
masalah dan banyak ketegangan. Karena setiap hari mereka yang selalu berdekatan
dengan orang-orang tetangganya secara terus-menerus dan hal ini menyebabkan
kesempatan untuk bertengkar amat banyak sehingga kemungkinan terjadi
peristiwa-peristiwa peledakan dari ketegangan amat banyak dan sering terjadi.
Pertengkaran-pertengkaran yang
terjadi biasanya berkisar pada masalah sehari-hari rumah tangga dan sering
menjalar ke luar rumah tangga. Sedang sumber banyak pertengkaran itu
rupa-rupanya berkisar pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan, dan
sebagainya.
b) Kontraversi (pertentangan)
Pertentangan ini bisa disebabkan
oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan (adat-istiadat), psikologi atau dalam
hubungannya dengan guna-guna (black magic). Para ahli hukum adat biasanya
meninjau masalah kontraversi (pertentangan) ini dari sudut kebiasaan
masyarakat.
c) Kompetisi (Persiapan)
Sesuai dengan kodratnya masyarakat
pedesaan adalah manusia-manusia yang mempunyai sifat-sifat sebagai manusia
biasanya yang antara lain mempunyai saingan dengan manifestasi sebagai sifat
ini. Oleh karena itu maka wujud persaingan itu bisa positif dan bisa negatif.
Positif bila persaingan wujudnya saling meningkatkan usaha untuk meningkatkan
prestasi dan produksi atau output (hasil). Sebaliknya yang negatif bila
persaingan ini hanya berhenti pada sifat iri, yang tidak mau berusaha sehingga
kadang-kadang hanya melancarkan fitnah-fitnah saja, yang hal ini kurang ada
manfaatnya sebaliknya menambah ketegangan dalam masyarakat.
d) Kegiatan pada Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan mempunyai
penilaian yang tinggi terhadap mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan
orang lain. Jadi jelas masyarakat pedesaan bukanlah masyarakat yang senang
diam-diam tanpa aktivitas, tanpa adanya suatu kegiatan tetapi kenyataannya
adalah sebaliknya. Jadi apabila orang berpendapat bahwa orang desa didorong
untuk bekerja lebih keras, maka hal ini tidaklah mendapat sambutan yang sangat
dari para ahli. Karena pada umumnya masyarakat sudah bekerja keras.
Tetapi
para ahli lebih untuk memberikan perangsang-perangsang yang dapat menarik
aktivitas masyarakat pedesaan dan hal ini dipandang sangat perlu. Dan dijaga
agar cara dan irama bekerja bisa efektif dan efisien serta kontinyu (diusahakan
untuk menghindari masa-masa kosong bekerja karena berhubungan dengan keadaan
musim/iklim di Indonesia).
Kesimpulan :
Meskipun banyak sekali perbedaan
antara masyarakat desa dan kota,namun diantara kedua komponen tersebut memiliki
hubungan yang signifikan,artinya kehidupan perekonomian di kota tidak akan
berjalan dengan baik apabila tidak ada pasokan tenaga atau barang dari
desa,begitu juga sebaliknya